• Maqam dan Keadaan yang harus dilalui Para Sufi.

  • Kisah Hikayat Ulama Sufi.

  • Kisah Hikayat Para Wali Qutub sepanjang Masa

  • Kisah dan Cerita Lucu Sang Abu Nawas.

New Post

Rss

Selasa, 17 Mei 2022
no image

Perbedaan Puasa Terus Menerus antara Puasa Wishal dan Puasa Dahr


Pada kesempatan kali ini, kita akan mengkaji perbedaan antara puasa wishal dan puasa dahr. 

Kedua model puasa ini hampir sama, yakni puasa yang dilakukan secara terus-menerus, namun ada juga perbedaan antara kedua model puasa ini. 

Secara istilah Puasa dahr biasanya disebut dengan puasa terus-menerus yang dilakukan sepanjang tahun atau sepanjang masa tiada henti, kecuali pada hari yang dilarang berpuasa, seperti 2 hari raya dan 3 hari tasyriq. Imam Al-Baihaqi meriwayatkan,

عن عروة أن عائشة رضي الله عنها: كانت تصوم الدهر في السفر والحضر. رواه البيهقي

Dari Urwah bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha berpuasa tahunan, baik ketika bepergian maupun ketika di rumah. (HR. Al-Baihaqi)

Imam Muslim sebagaimana di riwayatkan dari Sayyidatina Aisyah,

أن حمزة الأسلمي رضي الله عنه، سأل النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله، إني رجل أسرد الصوم، أفأصوم في السفر؟ فقال:” صم إن شئت وأفطر إن شئت. “

Bahwa Hamzah Al-Aslami radhiyallu ‘anhu bertanya kepada Nabi SAW. dia berkata, “Rasulullah, saya adalah lelaki yang kuat berpuasa setiap hari. Apakah saya boleh berpuasa sunnah ketika dalam perjalanan?” Rasulullah SAW berkata, “Berpuasalah kalau mau, dan berbukalah kalau mau.” (HR. Muslim).

Sedangkan Puasa wishal juga dilakukan secara terus menerus selama beberapa hari dengan menyambung puasa selama dua hari secara berturut-turut. Puasa wishal ini tidak berbuka ketika pada hari pertama dan baru buka puasa pada hari kedua. Puasa wishal adalah kegiatan menyambung puasa secara terus menerus tanpa makan dan minum pada waktu buka puasa. dikatakan wishal apabila dikerjakan minimal dua hari. Bisa juga tiga hari atau empat hari bahkan lebih lama. Jadi puasa wishal ini puasa selama 24 jam penuh dan diteruskan pada hari berikutnya tanpa buka sama sekali, dan berbuka ketika di waktu sahur. atau ada juga yang melakukan puasa sampai 3 hari tanpa buka sama sekali.

لاَ تُوَاصِلُوا ، فَأَيُّكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُوَاصِلَ فَلْيُوَاصِلْ حَتَّى السَّحَرِ

"Barangsiapa yang ingin menyambung puasa maka hendaklah dia menyambung puasa sampai sahur saja." - [Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Shaum. Bab Wishal (menyambung puasa) sampai sahur 19670)].

Adapun perbedaan di antara keduanya, adalah kalau puasa dahr ini puasa yang di mulai sejak terbitnya fajar dan di akhiri dengan terbenamnya matahari. Jadi berlaku sahur dan berbuka sebagaimana yang ditentukan. Sedangkan kalau puasa wishal tidak mengenal berbuka sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, bahkan puasa wishal ada yang sampai 3 hari dan 3 malam puasa tanpa sahur dan buka.

Demikianlah perbedaan di antara kedua model puasa ini, semoga dapat membedakan antara keduanya, agar kita tidak salah paham terkait masalah puasa secara terus-menerus


no image

Dasar Dalil Hukum Puasa Dahr

 

Dalam tradisi pesantren, terdapat sebuah puasa seperti kita kenal dengan sebutan nama “puasa dalail”, namun ada sedikit perbedaan antara puasa dalail dengan puasa dahr ini. Biasanya puasa dalalil ini hanya dilakukan selama 1 sampai 3 tahun saja, sedangkan puasa dahr dilakukan sepanjang masa, tanpa batas waktu. Jadi Puasa dahr adalah puasa yang di lakukan sepanjang tahun atau sepanjang masa terus menerus tiada henti.

Dalam pandangan umum masyarakat awam, biasanya kaum muslim hanya mengenal beberapa macam puasa sunnah, seperti puasa Senin-Kamis, puasa dawud, asyura’, tasu’a, tarwiyah dan lainnya. Namun jarang sekali diketahui ada juga anjuran puasa setiap hari. Puasa tiap hari berturut-turut dikenal dengan istilah shaum dahr atau shaumul abad.

Puasa Dahr yang dilakukan setiap hari ini hukumnya boleh dilakukan asalkan tidak pada hari-hari yang dilarang puasa seperti saat Idul Fitri, Idul Adha, dan tiga Hari Tasyriq. Puasa setiap hari secara berturut-turut ini sangat dianjurkan oleh para ulama, kecuali pada hari terlarang menurut Syara’. Adapun hari yg diharamkan puasa seperti 2 hari raya dan 3 hari Tasyriq. Jadi dalam setahun ada 5 hari yang diharamkan puasa.

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum puasa dahr ini, sebagian pendapat yang memperbolehkan puasa dahr ini yaitu dengan syarat, selama kuat puasa setiap hari dan tidak menyebabkan terbengkalainya kewajiban-kewajibannya, selain itu tidak pula mendatangkan bahaya pada diri pelakunya.

Dasar hukum puasa dahr ini mengacu pada sebuah hadis riwayat Imam Al-Baihaqi,

عن أبي مالك الأشعري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” إن في الجنة غرفة يرى ظاهرها من باطنها، وباطنها من ظاهرها، أعدها الله لمن ألان الكلام وأطعم الطعام وتابع الصيام وصلى بالليل والناس نيام

Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, yang berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh, di surga terdapat ruangan yang bagian luarnya bisa dilihat dari dalam, dan bagian dalam bisa dilihat dari luar. Allah menyiapkannya untuk orang yang mau melembutkan pembicaraan, berbagi makanan, berturut-turut puasa, dan shalat di malam hari sedang manusia masih tertidur. (HR. Al-Baihaqi).

Para ulama menjelaskan bahwa status sanad hadis ini adalah hasan.

Para sahabat mengamalkan puasa dahr di antaranya adalah Sayyidah Aisyah, Umar bin Al-Khatthab, Abdullah bin Umar, Abu Thalhah Al-Anshari, Abu Umamah dan istrinya, dan lainnya. Dari golongan tabiin yang diriwayatkan tekun melakukan puasa ini adalah Sa’id bin Musayyib, Abu Amr bin Hammas, Sa’id bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf Al-Tabi’I, dan Aswad bin Yazid.

Imam Al-Baihaqi meriwayatkan,

عن عروة أن عائشة رضي الله عنها: كانت تصوم الدهر في السفر والحضر. رواه البيهقي

Dari Urwah bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha berpuasa tahunan, baik ketika bepergian maupun ketika di rumah. (HR. Al-Baihaqi)

Imam An-Nawawi mengatakan, hadis ini isnadnya shahih. Imam Al-Bukhari meriwayatkan,

وعن أنس قال: كان أبو طلحة لا يصوم على عهد النبي صلى الله عليه وسلم من أجل الغزو، فلما قبض النبي صلى الله عليه وسلم لم أره مفطرًا إلا يوم الفطر أو الأضحى. رواه البخاري.

Dari Anas yang berkata, “Abu Thalhah tidak pernah berpuasa Sunnah pada masa hidupnya Nabi SAW. karena mengikuti peperangan. Ketika Rasulullah SAW wafat, saya belum pernah melihatnya berbuka kecuali hari Idul Fitri atau Idul Adha (HR. Al-Bukhari).

Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah,

أن حمزة الأسلمي رضي الله عنه، سأل النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله، إني رجل أسرد الصوم، أفأصوم في السفر؟ فقال:” صم إن شئت وأفطر إن شئت. “

Bahwa Hamzah Al-Aslami radhiyallu ‘anhu bertanya kepada Nabi SAW. dia berkata, “Rasulullah, saya adalah lelaki yang kuat berpuasa setiap hari. Apakah saya boleh berpuasa sunnah ketika dalam perjalanan?” Rasulullah SAW berkata, “Berpuasalah kalau mau, dan berbukalah kalau mau.” (HR. Muslim).

Demikianlah penjelasan singkat tentang dasar hukum puasa dahr. Semoga kita menjadi salah satu orang yang diberi anugerah dapat mengamalkan anjuran ini. Saran penulis sebelum menjalankan puasa dahr ini, hendaklah niat di hati di tata hanya untuk mengharapkan Ridha Allah semata, jangan ada niat lainnya, apalagi niat tercela seperti mencari kesaktian atau segala unsur keduniawian.

Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net