• Maqam dan Keadaan yang harus dilalui Para Sufi.

  • Kisah Hikayat Ulama Sufi.

  • Kisah Hikayat Para Wali Qutub sepanjang Masa

  • Kisah dan Cerita Lucu Sang Abu Nawas.

New Post

Rss

Senin, 19 Januari 2015
Keutamaan Dzikir

Keutamaan Dzikir

Fadhilah Keutamaan dan Pentingnya Dzikir dan Wirid

keutamaan dzikir

Dzikir menurut bahasa ialah ingat akan sesuatu / menyebut akan sesuatu. 
Dzikir menurut istilah Ahli Sufi ialah ingat Asma Allah dengan sarana apa saja baik secara dhohir atau dalam bathin. Dzikir terbagi dalam tiga macam jenisnya yaitu :

1. Dzikrul Lisan ( Dzikirnya orang yang awam )
2. Dzikrul Qolbi ( Dzikirnya orang yang Khowas )
3. Dzikrul Ruh ( Dzikirnya orang Khowasul khowas )
 

Dzikir yang pertama bisa menyambung kepada dzikir yang kesdua dan dzikir yang kedua juga menyambung kepada dzikir yang ketiga yaitu yang menjadi puncaknya dzikir. Adapun pendapat lain mengatakan bahwasannya dzikir yang pertama akan tetap membuahkan siksa dan dosa sebab masih dihukumi dzikir adat, sedangkan dzikir yang kedua akan membuahkan pahala sebab sudah termasuk dikir ibadah, sedangkan yang ketiga dzikir yang tidak dapat diketahui pahala dan balasannya, hanya Alloh Swt sebab jenis yang ketiga ini adalah dzikrul mahabbah dan ma’rifatulloh.

Hakikat dzikir adalah untuk menetahui letak perbedaan antara Alloh dan kita, sebagai makhluqNya.


Afdholu dzikri yaitu kalimah :


 لاَاِ لَهَ اِلاَ اللهُ
 

Sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadits Nabi :

 أَ فْضَلُ ا لذِكْرِ لاَاِ لَهَ اِلاَ اللهُ 

Dzikir yang paling utama adalah kalimah Laa ilaaha illalloh. 

Kalimah Thoyyibah adalah utama dzikir lisan, sedangkan dalam Dzikir khofi (sirri/ samar) itu lebih afdhol seperti firman Allah:

وَأ ذْكُرْ رَبَكَ فِى نَفْسِكَ تَضَرُعًا وَحُفْيَةً
 

Dan berdzikirlah dengan tadhorru’ dan samar, seperti didalam hadits Nabi Saw :

خَيْرُ ا لذِ كْرِ الْخَفِى
 

Sebaik-baik dzikir adalh dzikir khofi / sirri.

Ketauhilah sesungguhnya dzikir adalah sesuatu yang yang sangat penting di dalam hidup ini, sesorang tidak akan bisa wushul / sambung kepada Allah kecuali dengan melanggengkan dzikir kepada-Nya, sebab dzikir adalah yang diperintahkan dan ditetapkan tanda / dalil yang sangat banyak sekali, antara lain adalah firman Allah Swt :


يَا أَ يهَا ا لذ ِيْنَ أ مَنُوْا أُ ذْ كُرُوْا اللهِ ذِ كْرًا كَثِيْرًا وَسَبِحُوْهُ بُكْرَةً وَأَ صِيْلاً
 

Wahai orang-orang yang beriman ingatlah / berdzikirlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknyanya dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan sore. ( Al Ahzab :41)
 

Rosululloh Saw juga menegaskan :

قَالَ اللهُ تَعَالىَ: يَا إِ بْنَ أَ دَمَ إ ِذَا ذَ كَرْتَنِى شَكَرْتَنِى وَإ ِذَا نَسِيْتَنِى كَفَرْتَنِى
 

Allah berfirman : Wahai anak adam ketika kamu ingat kepadaku maka kamu syukur kepadaku dan ketika kamu melupakanku maka kamu kufur kepadaku.

وَقَالَ : لِكُلِ شَئٍ صِقَالٌ وَصِقَالُ ا لْقَلُوْبِ ذِ كْرُاللهِ
 

Segala sesuatu itu ada penghalusnya, dan penghalus semua hati adalah Dzikrulloh .
 

Seorang ulama sufi Dzin nun Al Mishriy mengatakan : “balasan bagi seorang yang ma’rifat adalah ketika dia putus dari dzikirnya”.
intisari dzikir, sesungguhnya Allah Swt menjadikan didalam titik pertemuan-Nya adalah dzikir kepada-Nya seperti dalam firman Allah Swt :


فَا ذْ كُرُوْنِى أَ ذْ كُرْ كُمْ
 

Maka ingatlah kepadaKu maka niscaya aku ingat kepadamu. (Al Baqarah :152)

Sehingga ibadah dzikrullah merupakan ibadah terbesar. Sebagaimana firman Allah (artinya) :
Dan sungguh berdzikir kepada Allah adalah yang terbesar.” (Al Ankabut :45)


Dari beberapa Dalil dan Ayat diatas menerangkan bahwa dzikrullah merupakan ibadah terbesar. Walaupun demikian, hal ini tidaklah bertentangan dengan dalil-dalil yang menerangkan bahwa ibadah shalat, shaum, haji merupakan ibadah yang amat besar pula, bahkan jihad sebagai puncak tertinggi amalan di dalam Islam. Karena tujuan ibadah itu pada hakekatnya untuk berdzikir kepada Allah . Dan ruh amalan-amalan ibadah itu adalah dzikrullah. Sehingga suatu ibadah yang diiringi dengan dzikrullah itu lebih besar daripada ibadah yang kosong dari dzikrullah. Oleh karena itu Allah berfirman: “Dan dirikanlah shalat dalam rangka untuk mengingat-Ku.” (Thaaha :14)
HUKUM MAJELIS DZIKIR DAN DZIKIR BERSAMA

HUKUM MAJELIS DZIKIR DAN DZIKIR BERSAMA

MAJELIS DZIKIR DAN DZIKIR BERSAMA


Di dalam Al Quran Allah telah berfirman: ”Dan sabarkanlah dirimu untuk tetap bersama orang – orang yang berdzikir dan berdoa kepada Tuhan mereka di pagi hari dan sore hari, semata – mata hanya menginginkan Ridho Allah dan jangan kau palingkan wajahmu dari mereka karena menghendaki keduniawian dan jangan taati orang – orang yang kami buat mereka lupa dari mengingat kami…” (QS. Al Kahfi : 28)


Telah Berkata Imam Attabari : “Tenangkan dirimu wahai Muhammad bersama sahabat – sahabatmu yang duduk berdzikir dan berdoa kepada Allah di pagi hari dan sore hari, mereka dengan bertasbih, tahmid, tahlil, doa – doa dan amal amal shalih dengan shalat wajib dan lainnya, yang mereka itu hanya menginginkan ridho Allah swt bukan menginginkan keduniawian” (Tafsir Imam Attabari Juz 15 hal 234)


Tentunya ucapan diatas menyangkal pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud ayat itu adalah orang yang shalat, karena mustahil pula Allah mengatakan pada Nabi saw untuk sabar duduk dengan orang yang shalat berjamaah, karena shalat adalah fardhu, namun perintah “duduk bersabar” disini tentunya adalah dalam hal – hal yang mungkin dianggap remeh oleh sebagian orang.


Dari Abdurrahman bin sahl ra, bahwa ayat ini turun ketika Nabi saw sedang di salah satu rumahnya, maka beliau saw keluar dan menemukan sebuah kelompok yang sedang berdzikir kepada Allah swt dari kaum dhuafa, maka beliau saw duduk bersama berkata seraya berkata : Alhamdulillah, yang telah menjadikan pada ummatku yang aku diperintahkan untuk bersabar dan duduk bersama mereka”, Riwayat Imam Tabrani dan periwayatnya Shahih (Majmu’ Zawaid Juz 7 hal 21)


Sabda Rasulullah saw : “akan tahu nanti dihari kiamat siapakah ahlulkaram (orang orang mulia)”, 

maka para sahabat bertanya : siapakah mereka wahai Rasulullah?, 
Rasul saw menjawab : ”majelis – majelis dzikir di masjid – masjid” (Shahih Ibn Hibban hadits No.816)

Sabda Rasulullah saw : “sungguh Allah memiliki malaikat yang beredar di muka bumi mengikuti dan menghadiri majelis – majelis dzikir, bila mereka menemukannya maka mereka berkumpul dan berdesakan hingga memenuhi antara hadirin hingga langit dunia, bila majelis selesai maka para malaikat itu berpencar dan kembali ke langit

dan Allah bertanya pada mereka dan Allah Maha Tahu : “darimana kalian?” 
mereka menjawab : kami datang dari hamba – hambaMu, mereka berdoa padamu, bertasbih pada-Mu, bertahlil pada-Mu, bertahmid pada-Mu, bertakbir pada-Mu, dan meminta kepada-Mu 
Maka Allah bertanya : “Apa yang mereka minta?”, 
Malaikat berkata : mereka meminta sorga
Allah berkata : apakah mereka telah melihat sorga-Ku?, 
Malaikat menjawab : tidak
Allah berkata : “Bagaimana bila mereka melihatnya”. 
Malaikat berkata : mereka meminta perlindungan-Mu
Allah berkata : “mereka meminta perlindungan dari apa?”, 
Malaikat berkata : “dari api neraka”, 
Allah berkata : “apakah mereka telah melihat neraka-Ku?”, 
Malaikat menjawab: tidak
Allah berkata : Bagaimana kalau mereka melihat neraka-Ku ?. 
Malaikat berkata : mereka beristighfar pada-Mu
Allah berkata : “sudah Kuampuni mereka, sudah Ku-beri permintaan mereka, dan sudah Ku-lindungi mereka dari apa – apa yang mereka minta perlindungan darinya
malaikat berkata : “wahai Allah, diantara mereka ada si fulan hamba pendosa, ia hanya lewat lalu ikut duduk bersama mereka
Allah berkata : baginya pengampunan-Ku, dan mereka (ahlul dzikir) adalah kaum yang tidak dihinakan siapa – siapa yang duduk bersama mereka” (Shahih Muslim hadits No.2689)

Perhatikan ucapan Allah yang diakhir hadits qudsiy diatas : dan mereka (orang – orang yang berdzikir berjamaah) adalah “kaum yang tidak dihinakan siapa – siapa yang duduk bersama mereka”, lalu hadits semakna pada Shahih Bukhari hadits No.6045.
Sabda Rasul saw : ”barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku maka ia bukan dari golonganku” (Shahih Muslim hadits No.1401, Shahih Bukhari hadits No.4776).
Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net