• Maqam dan Keadaan yang harus dilalui Para Sufi.

  • Kisah Hikayat Ulama Sufi.

  • Kisah Hikayat Para Wali Qutub sepanjang Masa

  • Kisah dan Cerita Lucu Sang Abu Nawas.

New Post

Rss

Minggu, 02 Mei 2010
no image

Kisah Abu Yazid dan Orang Pemikir Diri Sendiri

BAYAZID DAN ORANG YANG MEMIKIRKAN DIRI SENDIRI

Pada suatu hari, seseorang mengomel kepada Bayazid, seorang
ahli mistik pada abad kesembilan, mengatakan bahwa ia telah
berpuasa dan berdoa dan berbuat segalanya selama tiga puluh
tahun namun tidak juga menemukan kesenangan seperti yang
digambarkan Bayazid. Bayazid menjawab, orang itu bisa saja
melanjutkan perbuatannya tiga ratus tahun lagi tanpa
mendapatkan kesenangan juga.

"Mengapa begitu?" tanya Si Sok-Saleh.

"Sebab kesombonganmu merupakan halangan utama bagimu."

"Coba katakan apa obatnya."

"Obatnya tak akan bisa kau laksanakan."

"Bagaimanapun, katakan sajalah."

Bayazid pun berkata, "Kau harus pergi ke tukang pangkas
rambut untuk mencukur janggutmu, (yang terhormat, itu).
Lepaskan semua pakaianmu dan kenakan korset. Isi sebuah
kantong kuda dengan kenari sampai penuh, lalu gantungkan di
lehermu. Pergilah ke pasar dan berteriaklah, 'akan kuberikan
sebutir kenari kepada setiap anak yang memukul tengkukku.'
Kemudian lanjutkan perjalananmu ke sidang pengadilan agar
semua orang menyaksikanmu."

"Tetapi aku tak bisa melakukan itu; coba katakan cara lain
yang sama manfaatnya."

"Itu langkah pertama, dan satu-satunya cara," kata Bayazid,
"Tetapi sudah aku katakan kepadamu bahwa kau tak akan bisa
melakukannya; jadi tak ada obat bagimu."

Catatan

Al-Ghazali, dalam Alkemia Kebahagiaan, mempergunakan ibarat
ini untuk menekankan pernyataan yang sering diulang-ulangnya
bahwa sementara orang, betapapun jujur tampaknya usaha
mencari kebenaran itu bagi dirinya sendiri -dan bahkan
mungkin juga bagi orang lain- nyatanya kadang-kadang didasari
kesombongan atau mencari untung sendiri, hal-hal yang
merupakan halangan utama bagi pencarian kebenarannya.

------------------------------------------------------------
K I S A H - K I S A H S U F I
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi
selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono)
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984
no image

Kisah Sultan Mahmud dan Kekuasaannya

Pada suatu hari, Sultan Mahmud yang Agung berada dijalan di
Ghazna, ibu kota negerinya. Dilihatnya seorang kuli
mengangkut beban berat, yakni sebungkah batu yang didukung
di punggungnya. Karena rasa kasihan terhadap kuli itu,
Mahmud tidak bisa menahan perasaannya, katanya memerintah:

"Jatuhkan batu itu, kuli."

Perintah itupun langsung dilaksanakan. Batu tersebut berada
di tengah jalan, merupakan gangguan bagi siapapun yang ingin
lewat, bertahun-tahun lamanya. Akhirnya sejumlah warga
memohon raja agar memerintahkan orang memindahkan batu itu.

Namun Mahmud, menyadari akan kebijaksanaan administratif,
terpaksa menjawab.

"Hal yang sudah dilaksanakan berdasarkan perintah, tidak
bisa dibatalkan oleh perintah yang sama derajatnya. Sebab
kalau demikian, rakyat akan beranggapan bahwa perintah raja
hanya berdasarkan kehendak sesaat saja. Jadi, biar saja batu
itu disitu."

Oleh karenanya batu tersebut tetap berada di tengah jalan
itu selama masa pemerintahan Mahmud. Bahkan ketika ia
meninggal batu itu tidak dipindahkan, karena orang-orang
masih menghormati perintah raja.

Kisah itu sangat terkenal. Orang-orang mengambil maknanya
berdasarkan salah satu dari tiga tafsiran, masing-masing
sesuai dengan kemampuannya.

Mereka yang menentang kepenguasaan beranggapan bahwa kisah
itu merupakan bukti ketololan penguasa yang berusaha
mempertahankan kekuasaannya.

Mereka yang menghormati kekuasaan merasa hormat terhadap
perintah, betapapun tidak menyenangkannya.

Mereka yang bisa menangkap maksudnya yang benar, bisa
memahami nasehat yang tersirat. Dengan menyuruh menjatuhkan
batu di tempat yang tidak semestinya sehingga merupakan
gangguan, dan kemudian membiarkannya berada disana, Mahmud
mengajar kita agar mematuhi penguasa duniawi -dan sekaligus
menyadarkan kita bahwa siapapun yang memerintah berdasarkan
dogma kaku, tidak akan sepenuhnya berguna bagi kemanusiaan.

Mereka yang menangkap makna ini akan mencapai taraf pencari
kebenaran, dan akan bisa menambah jalan menuju Kebenaran.

Catatan

Kisah ini muncul dalam karya klasik yang terkenal,
Akhlaq-i-Mohsini 'Akhlak Dermawan,' ciptaan Hasan Waiz
Kashifi; hanya saja tanpa tafsir seperti yang ada dalam
versi ini.

Versi ini merupakan bagian ajaran syeh Sufi Daud dari
Qandahar, yang meninggal tahun 1965. Kisah ini merupakan
pengungkapan yang bagus tentang pelbagai taraf pemahaman
terhadap tindakan; masing-masing orang akan menilainya
berdasarkan pendidikannya. Metode penggambaran tak langsung
yang dipergunakan Sultan Mahmud itu dianut pada Sufi, dan
bisa diringkaskan dalam ungkapan, "Bicaralah kepada dinding,
agar pintu bisa mendengar."

------------------------------------------------------------
K I S A H - K I S A H S U F I
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi
selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono)
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984
Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net