• Maqam dan Keadaan yang harus dilalui Para Sufi.

  • Kisah Hikayat Ulama Sufi.

  • Kisah Hikayat Para Wali Qutub sepanjang Masa

  • Kisah dan Cerita Lucu Sang Abu Nawas.

New Post

Rss

Tampilkan postingan dengan label TASAWUF. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TASAWUF. Tampilkan semua postingan
Rabu, 15 Januari 2014
no image

tasawuf Sunni dan Tasawuf falsafi

tasawuf
Tasawwuf Sunni
A. Pengertian Tasawuf Sunni
Tasawwuf sunni ialah aliran tasaawuf  yang berusaha memadukan asapek hakekat dan syari’at,  yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah, dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur’an, Sunnah dan Shirah para sahabat.
Dalam kehidupan sehari-hari para pengamal tasawwuf ini berusaha untuk menjauhkan drii dari hal-hal yang bersifat keduniawian, jabatan, dan menjauhi hal-hal yang  dapat mengganggu kekhusua’an ibadahnya.
Latar belakang munculnya ajaran ini tidak telepas dari pecekcokan masalah aqidah yang  melanda para ulama’ fiqh dan tasawwuf lebih-lebih pada abad  kelima hijriah aliran syi’ah al-islamiyah yang berusaha untuk memngembalikan kepemimpinan kepada keturunan ali bin abi thalib. Dimana syi’ah lebih banyak mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa imam yang ghaib akan pindah ketangan sufi yang layak menyandang gelar waliyullah, dipihak lain para sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan corak pemikiran taawwuf falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan ketegangan inilah muncullah sang pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali.
B. Tokoh-tokoh Tasawuf Sunni
Munculnya aliran-aliran tasawuf ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya. Begitu juga sama halnya dengan Tasawuf sunni. Diantara sufi yang berpengaruh dari aliran-aliran tasawuf sunni dengan antara lain sebagai berikut:
1. Hasan al-Basri.
Hasan al-Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’ dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura. Setahun sesudah perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana sampai ia meninggal tahun 110 H. setelah ia menjadi warga Bashrah, ia membuka pengajian disana karena keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu ekses dari kemakmuran ekonomi yang dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu. Garakan itulah yang menyebabkan Hasan Basri kelak menjadi orang yang sangat berperan dalam pertumbuhan kehidupan sufi di bashrah. Diantara ajarannya yang terpenting adalah zuhud serta khauf dan raja’.
Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi.
Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja’. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya. Serta menyadari kekurang sempurnaannya. Oleh karena itu, prinsip ajaran ini adalah mengandung sikap kesiapan untuk melakukan mawas diri atau muhasabah agar selalu memikirkan kehidupan yang akan dating yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.
2. Rabiah Al-Adawiyah
Nama lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al Bashoriyah, juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H, disebut rabi’ah karena ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Diceritakan, bahwa sejak masa kanak-kanaknya dia telah hafal Al-Quran dan sangat kuat beribadah serta hidup sederhana.
Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Dari syair-syair berikut ini dapat diungkap apa yang ia maksud dengan al-mahabbah:
Kasihku, hanya Engkau yang kucinta,
Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu,
Walau mata jasadku tak mampu melihat Engkau,
Namun mata hatiku memandang-Mu selalu.
Cinta kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tidak bersedia mambagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya “Cintaku kepada Allah telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”. Bahkan sewaktu ia ditanyai tentang cintanya kepad Rasulullah SAW, ia menjawab: “Sebenarnya aku sangat mencintai Rasulullah, namun kecintaanku pada al-Khaliq telah melupakanku untuk mencintai siapa saja selain Dia”. Pernyataan ini dipertegas lagi olehnya lagi mealui syair berikut ini: “Daku tenggelam dalam merenung kekasih jiwa, Sirna segalanya selain Dia, Karena kekasih, sirna rasa benci dan murka”.
Bisa dikatakan, dengan al-hubb ia ingin memandang wajah Tuhan yang ia rindu, ingin dibukakan tabir yang memisahkan dirinya dengan Tuhan.
3. Dzu Al-Nun Al-Misri
Nama lengkapnya adalah Abu al-Faidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al-Nun al-Mishri al-Akhimini Qibthy. Ia dilahirkan di Akhmin daerah Mesir. Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang silsilah keturunan dan riwayat pendidikannya karena masih banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini. Namun demikian telah disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang tersohor dan tekemuka diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah.
4. Abu Hamid Al-Ghazali
Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad. Karena kedudukan tingginya dalam Islam, dia diberi gelar Hujjatul Islam.Ayahnya, menurut sebagian penulis biografi, bekerja sebagai pemintal wol. Dari itulah, tokoh sufi yang satu ini terkenal dengan al-Ghazzali (yang pemintal wol), sekalipun dia terkenal pula dengan al-Ghazali, sebagaimana diriwayatkan al-Sam’ani dalam karyanya, al-Ansab, yang dinisbatkan pada suatu kawasan yang disebut Ghazalah. Al-Ghazali lahir di Thus, kawasan Khurasan, tahun 450 H (diriwayatkan pula dia lahir pada 451 H). menurut periwayatan al-Subki, dia serta saudaranya menerima pendidikan mistisnya dirumah seorang sufi sahabat ayahnya, setelah ayahnya meninggal dunia.
Di bidang tasawuf, karya-karya Al-Ghazali cukup banyak, yang paling penting adalah Ihya’ ‘Ulum al-Din. Dalam karyanya tersebut, dia menguraikan secara terinci pendapatnya tentang tasawuf, serta menghubungkannya dengan fiqh maupun moral agama. Juga karya-karya lainnya, al-Munqidz min al-Dhalal, dimana ia menguraikan secara menarik kehidupan rohaniahnya, Minhaj al-‘Abidin, Kimia’ al-Sa’adah, Misykat al-Anwar  dan sebagainya.
TASAWWUF FALSAFI
A. Devinisi tasawwuf falsafi
Secara garis besar tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telahmempengaruhi para tokohnya.[1]
Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni atau tasawuf salafi. kalau tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada segi praktis (العملي ), sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis (النطري ) sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.Kaum sufi falsafi menganggap bahwasanya tiada sesuatupun yang wujudkecuali Allah, sehingga manusia dan alam semesta, semuanya adalahAllah. Mereketidak menganggap bahwasanya Allah itu zat yang Esa, yangbersemayam diatas Arsy.Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluknya,setidaknya terdapat beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya yaitu ; hulul,wadah al~wujud, insan kamil, Wujud Mutlak.
1. Hulul
Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yangmeyakini terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hululini disusun oleh Al-hallaj
Kata hulul berimplikasi kepada bersemayamnya sifat-sifat ke-Tuhanankedalam diri manusia atau masuk suatu dzat kedalam dzat yang lainnya.Hulul adalah doktrin yang sangat menyimpang. Hulul ini telah disalahartikan oleh manusia yang telah mengaku bersatu dengan Tuhan. Sehanggadikatakan bahwa seorang budak tetaplah seorang budak dan seorang rajatetaplah seorang raja. Tidak ada hubungan yang satu dengan yang lainnyasehingga yang terjadi adalah hanyalah Allah yang mengetahui Allah danhanya Allah yang dapat melihat Allah dan hanya Allah yang menyembahAllah
2.Wahdah Al-Wujud
Istilah wahdah Al-wujud sangat dekat dengan pribadi Ibnu Arabi,sehingga ketika menyebut pemikiran Ibnu Arabi seakan-akan terlintas tentang doktrin wahdah Al-wujud sebenarnya wihdatul wujud bukan penyebutan aari ibnu arbai sendiri melainkan sebutan yang dilontarkan  oleh musuh bebuyutannya yaitu Ibnu taimiyah.
3. Ittihad                                                                                                                                  Pengertian ittihad sebagaimana disebutkan dalam sufi terminologi adalah;;                                             ttihad adalah penggabungan antara dua hal yang menjadi satu.Ittihad merupakan doktrin yang menyimpang dimana didalamnya terjadiproses pemaksaan antara dua ekssistensi. Kata ini berasal dari katawahd atau wahdah yang berarti satu atau tunggal. Jadi ittihad artinyabersatunya manusia dengan Tuhan.                                                                                                                     Tokoh pembawa faham ittihad adalah Abu Yazid Al-busthami. Menurutnya manusia adalah pancaran Nur Ilahi,oleh karena itu manusia hilang kesadaranya [sebagai manusia] maka padadasarnya ia telah menemukan asal mula yang sebenarnya, yaitu nur ilahiatau dengan kata lain ia menyatu dengan Tuhan[2]
4.. insan kamil.
Al-jilli adalah seorang yang sangat terkenal di Baqhdat, riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh sejrah tapi yang jelas ajran yang al-jilli ini ialah Insan kamil. Insan kamil menurut aljilli ialah manusia
5. Ibnu Sab’in
Disamping para sufi ia juga seorang filosof yang sangat terkenal dari Andalusia, ia adalah seorang penggagas paham tasawwuf yang lebih dikenal denan kesatuan Mutlak
B.LATAR BELAKANG BERKEMBANGNYA TASAWWUF  FALSAFI
Corak dari pada tasawwuf falsafi tentunya sangat berbeda dengan tasawwuf yang pernah diamalkan oleh masa sahabat dan tabi’in, karena tasawwuf ini muncul karena pengaruh filasafat Neo-Platonisme Berkembangnya tasaawuf sebagai jalan dan latihan untuk merealisir kesucia batin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Allah, juga menarik perhatian para pemikir muslim yang berlatar belakang teologi dan filsafat. Dari kelompok inilah tampl sejumlah kelompok sufi yang filosofis atau filosofis yang sufi. Konsep-konsep mereka yang disebut dengan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. ajaran filsafat yang paling banyak dipergunakan dalam analisis tasawuf adalah Paham emanasi neo-Plotinus.
Andanya pemaduan antara filsafat dengan tasawuf pertama kali di motori oleh para filsuf muslim yang pada saat itu mengalami helenisme pengetahuan. Misalnya filsuf muslim yang terkenal yang membahas tentang Tuhan dengan mengunakan konsep-konsep neo-plotinus ialah Al-Kindi.
Dalam filsafat emanasi Plotinus roh memancar dari diri Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan Pythagoras, dia berpendapat bahwa roh masuk ke dalam tubuh manusia juga kotor, dan tak dapat lagi kembali ke Tuhan. Selama masih kotor, ia akan tetap tinggal di bumi berusaha. dari sini di tarik ke dalam ranah konsep tasawuf yang berkeyakinan bahwa penciptaan alam semesta adalah pernyataan cinta kasih Tuhan yang direfleksikan dalam bentuk empirik atau sebagai Sifat madzohir dari sifat tuhan. Namun istilah tasawuf   falsafi bulum terkenal pada waktu itu, setelah itu baru tokoh-tokoh teosofi yang populer. Abu Yazid al-Bustami, Ibn Masarrah (w.381 H) dari Andalusia dan sekaligus sebagai perintisnya.
orang kedua yang mengombinasikan antara teori filsafat dan tasawuf ialah Suhrawardi al-Maqtul yang berkembang di Persia atau Iran. Masih banyak tokoh tasawwuf falsafi yang berkembang di Persia ini sepeti al-Haljj dengan konsep al-Hulul yakni perpaduan antara Mansusia dengan sifat-sifat tuhan. Perkembangan puncak dari tasawuf falsafi, sebenarnya telah dicapai dalam konsepsi al-wahdatul wujud sebagai karya pikir mistik Ibn Arabi. sebelum Ibn arabi muncul teorinya seorang sufi penyair dari Mesir Ibn al-Faridh mengembangkan teori yang sama yaitu al-wahdatasa-syuhud.
Pada umumnya konsep ini diterima dan berkembang dari kaum syi’ah dan bermazhabkan Mu’tazilah. Makanya nama lain dari tasawuf falsafi juga di sebut dengan tasawuf Syi’i. diterimanya konsep-konsep atau pola pikir tasawuf falsafi di kawasan Persia, karena dimungkinkann disana dulu adalah kawasan sebelum Islam sudah mengenal filsafat.
Semenjak masa Abu Yazid al-Busthami, pendapat sufi condong pada konsep kesatuan wujud. Inti dari jaran ini adalah bahwa dunia fenomena ini hanyalah bayangan dari realitas yang sesungguhnya, yaitu Tuhan. Satu-satunya wujud yang hakiki adalah wujud Tuhan yang merupakan dasar dan sumber kejadian dari segala sesuatu. Dunia ini hanyalah bayangan yang keberadaannya tergantung dengan wujud Tuhan, sehingga realitas Hidup ini hakikatnya tunggal. Atas dasar seperti itu tentang Tuhan yang seperti itu, mereka berpendapat bahwa alam dan segala yang ada termasuk manusia merupakan radiasi dari hakikat Ilahi. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur ke –Tuhanan Karena merupakan panacaran dari tuhan.
Dari konsep seperti ini lah para sufi dari tasawuf falsafi ini mempunyai karakteristik sendiri sehingga dapat di pukul rata bahwa semua konsep yang ditawarkan oleh para sufi falsafi ini adalah konsep wihdatul wujud, meskipun dalam penjabarannya mengalami perbedaan dan perkembangan yang berbeda antara sufi yang satu
Dengan sufi yang lain.
Seperti hanya dalam konsep emanasi, Ibn Arabi menggunakan bentuk pola akal yang bertingkat-tingkat, seperti; akal pertama, kedua, ketiga dan sampai akal kesepuluh. Dimana ia mencoba mengambarkan bahwa proses terjadinya sesuatu ini berasal dari yang satu, kalau meminjam Bahsanya plotinus ialah the one
Kemudian konsep itu terus disempurnakan bahwakan mengalami kritikan dari sufi-sufi yang lain. Misalnya sufi yang memperbarui konsep ajaran Ibn Arabi ini ialah Mulla Shadra yang lebih mencoba menggunkan konsep yang rasional dengan istilah Nur yang mana ia mencoba merujuk dari al-qur’an sendiri bahwa Tuhan adalah cahaya dari segala cahaya..

[1] M. Sobirin dan Rosihan Anwar, Kamus Tasawuf, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, hlm. 224
[2] . Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, hlm. 82



sumber http://rokimgd.wordpress.com/2011/03/30/tasawuf-sunni-vs-falsafi/
Sabtu, 16 November 2013
Maqam Sufi

Maqam Sufi



maqam sufi

Assalamu Alaikum Saudaraku, Berikut ini adalah beberapa tahapan, kedudukan dan keadaan yang harus dilalui para Sufi dalam menempuh perjalanan spiritualnya:


MAQAM DAN HAL DALAM DUNIA SUFI TASAWUF


MAQAM TAUBAT


MAQAM ZUHUD


MAQAM SABAR


MAQAM SYUKUR


MAQAM KHAUF


MAQAM RAJA


MAQAM RIDHA


MAQAM TAWAKKAL


MAQAM MAHABAH


MAQAM MUSYAHADAH


MAQAM MUKASYAFAH


MACAM MACAM HAL


Demikian Tahapan maqamat dan keadaan yang terjadi pada setiap salik dalam menuju mengarungi samudra hakikat ma'rifat kehadlirat Allah, sehingga dapat menjadi seorang Insan Kamil



Tags: Maqam Sufi, Hal Sufi, Keadaan sufi
Senin, 26 Maret 2012
no image

NILAI-NILAI TASAWUF DALAM PERKEMBANGAN FISIKA MODERN


NILAI-NILAI TASAWUF DALAM PERKEMBANGAN FISIKA MODERN
TASAWUF FISIKA MODERN
 Oleh :Team www.seowaps.com

ABSTRAK
Dunia mikroskopis menjelaskan bahwa materi hanya menunjukkan “kecenderungan untuk ada” apalagi materi-materi sub-atom selalu dalam keadaan bergerak dengan kecepatan cahaya atau mendekati. Dunia bukan lagi terdiri atas benda-benda melainkan suatu interaksi-interaksi yang membentuk suatu kesatuan yang terpadu, sehingga untuk menatap peristiwa-peristiwa setiap pengamat akan bergantung pada posisi dan kecepatannya terhadap peristiwa-peristiwa yang diamati. Para fisikawan modern Barat bersinggungan dengan mistisisme Timur Jauh yang cenderung non islam, seperti Hindhu, Budha, Zen, Tao, dan lain-lain dalam mengungkapkan eksistensi mutlak Sang Pencipta. Dunia fisika bagi mereka bukan lagi dunia empiris materialis, tetapi mengarah pada usaha untuk mewujudkan spiritualitas melalui ilmu pengetahuan untuk menemukan hakekat tertinggi ilmu pengetahuan.
Terdapat keparalelan pemikiran antara tasawuf dan fisika modern, dimana tasawuf berdasarkan pada pemahaman langsung ke dalam alam realitas dan fisika modern berdasarkan atas observasi terhadap fenomena-fenomena alam dan eksperimen-eksperimen ilmiah yang diinterpretasikan dan dikomunikasikan lewat kata-kata yang akan menjadi terlampau abstrak ketika berdekatan dengan realitas yang menyebabkan kesadaran akan fakta.
Tasawuf memiliki nilai-nilai yang sangat banyak dalam fisika modern, namun ini mungkin kurang disadari oleh ummat islam. Padahal dalam tasawuf yang mengambil ayat-ayat Al-Qur’an banyak sekali hal-hal yang sebenarnya dalam fisika modern terkuantisasikan dalam bentuk rumus-rumus, yang hal tersebut dapat kita ambil sebagai rasionalitas eksistensi tertinggi Sang Pencipta (Allah Subhaanahu Wa Ta'ala) sehingga fisika modern dapat dijadikan sebagai pembedah ayat-ayat Al-Qur’an dalam menunjukkan hakekat spiritualitas.


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an, meskipun secara garis besarnya saja, yang rinciannya dapat ditemukan pada Sunnah Rasul bagi ilmu keakheratan dan dalam alam semesta bagi ilmu keduniaan[1]. Wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mencari dan memperdalam ilmu sesuai dengan bidang dan kemampuannya agar dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Seorang muslim atau muslimah tidak boleh hanya mengutamakan ilmu keakheratan saja atau ilmu keduniaan saja, keduanya harus ada pada diri ummat islam walaupun proporsinya tidak seimbang atau dominasi salah satunya.
Al-Qur’an secara global telah banyak membicarakan tentang ilmu pengetahuan alam dan teknologi, maka untuk mengetahui secara pastinya kita harus memiliki ilmu kealaman melalui pemahaman dan pengertian tentang alam semesta beserta sifat dan fenomenanya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus menerus dikembangkan karena mempunyai manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia[2].
Allah Subhaanahu Wa Ta'ala memberikan akal pada manusia agar dengan akal ini manusia bekerja dengan giat memikirkan secara serius dan mendalam tentang segala sesuatu dan segala peristiwa dalam jagad (universum) ini baik dengan metoda induksi maupun deduksi sehingga dicapai hakekat-hakekat yang lebih tinggi untuk kemudian ditingkatkan lagi sehingga manusia dengan akalnya itu dapat mengenal kebenaran yang tertinggi yaitu Allah Rabbul ‘Alamien[3].
Alam semesta yang diciptakan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala adalah sebuah laboratorium yang maha lengkap yang penuh berisi pertanda ke-Mahaan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala yang telah merancang, mencipta, memelihara dan kelak mengambilnya kembali[4]. Laboratorium yang maha lengkap ini tidak akan berfungsi dan tidak akan menjadi dinamis bagi kehidupan manusia apabila manusia tidak mau merenungi dan memikirkan untuk mengolahnya. Manusia sebagai penggali dan pencari ilmu pengetahuan tidak cukup hanya dengan membaca saja tanpa berfikir. Dalam Al-Qur’an, manusia didorong untuk menggunakan akalnya dan banyak berfikir[5].
Manusia mencari ilmu pengetahuan kebanyakan berangkat dari hasil rangsangan-rangsangan yang ditangkap oleh indera lahiriah, dan setelah sampai di otak diurai menurut ilmu pengetahuan yang ada padanya kemudian dalam beberapa hal akan tiba pada titik ketidakmampuan otak untuk mengurai, karena rasionya sudah tidak dapat menjangkau lagi atau bukan lagi menjadi medan rasio[6]. Namun demikian ilmu pengetahuan kealaman dalam hal mencari hakikat haruslah berangkat dengan keyakinan yang mantap terlebih dahulu, yakin bahwa manusia memiliki kemampuan terbatas serta sadar bahwa rasio manusia begaimanapun tingginya dan besar nilainya hanya sekedar pelengkap saja untuk mencapai hakikat[7]. Keterbatasan akal atau rasio menunjukkan bahwa apa yang tidak rasional belum tentu tidak benar, kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an hingga kini dapat dikaji di dalam ilmu fisika, astronomi, dan kosmologi [8].
Fisika adalah ilmu yang mempelajari struktur dasar dan proses perubahan yang terjadi pada materi dan energi[9] dan juga menyelidiki fenomena terutama yang diamati dari benda-benda tak bernyawa. Al-Qur’an menaruh perhatian sangat besar kepada ilmu tersebut seperti nampak dalam uraiannya tentang alam Ilahi yang amat menakjubkan, seperti sifat-sifat ruang dan waktu, materi serta gerakannya[10].
Ilmuwan yang beriman akan menggunakan akal dan nalarnya untuk memahami atau menjawab tiap peristiwa. Selanjutnya manusia akan berusaha mencari sebab-sebabnya maupun akibat yang mungkin dapat terjadi karena peristiwa tersebut[11]. Pada tahun 1920-an ini Edwin Hubble mendapatkan cara untuk memperkirakan jarak galaksi dan mengukur kecepatan gerak galaksi [12]. Saling menjauhinya benda-benda angkasa itu memiliki kelajuan yang sangat besar dan ini dibuktikan dengan pergeseran Doppler Relativistik, yaitu :
               
disini : v adalah laju relatif dimana objek dan pengamat bergerak saling menjauhi.
              f adalah frekuensi objek yang diukur pada saat objek diam terhadap pengamat dan f adalah frekuensi objek yang bergerak dengan laju v terhadap pengamat.
Kenyataan ini membawa kesimpulan, bahwa universe berada dalam keadaan memuai (ekspansi) dengan kecepatan besar, ini menyiratkan tentang struktur jagad raya yang “terbuka” [14] sehingga dikatakan alam semesta selalu dinamis.
Alam semesta termasuk bumi yang kita tempati ini terdiri dari bermacam-macam unsur yang saling membentuk suatu materi, baik yang bisa dirasakan oleh indera ( kongkret ) maupun yang tidak bisa dirasa oleh indera biasa melainkan harus menggunakan alat-alat khusus ( abstrak ) seperti partikel-partikel, molekul-molekul, maupun atom-atom yang bergetar yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk suatu materi.
Molekul-molekul dan atom-atom terdiri dari partikel-partikel yang saling berinteraksi satu sama lainnya dengan cara mencipta dan menghancurkan partikel-partikel yang lain. Atmosfer bumi terus menerus dibombardir oleh guyuran-guryuran “sinar-sinar kosmis”, partikel-partikel berenergi tinggi yang mengalami tumbukkan berkali-kali ketika mereka menembus udara[15]. Reaksi ini seperti yang dikatakan oleh Ibnu ‘Arabi untuk mengungkapkan tentang penyatuan hakiki antara Tuhan dengan manusia yang dilambangkan dengan samudera, gelombang-gelombang besar, buih-buih, dan tetesan yang dalam tiap hal nampak berbeda namun sama untuk melambangkan kerinduan individual untuk kesatuan dan pemusnahan dalam keseluruhan [16].
Alam semesta merupakan suatu sistem jaringan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya yang tidak terpisahkan. Hal ini dapat diterangkan melalui kosmologi dunia makrokosmos dan mikrokosmos. Para fisikawan untuk mengetahui keterkaitan alam semesta tersebut dilakukan melalui berbagai macam eksperimen yang selanjutnya dibuat dalam bentuk grafik, diagram, teori matematika yang semuanya itu ternyata menjadi suatu pengalaman religius bagi para fisikawan. Fritjof Capra mengungkapkan hal tersebut dalam bukunya “Tao of Physics” sebagai berikut :
Pada saat saya duduk ditepi pantai itu, pengalaman-pengalaman saya yang terdahulu menjadi hidup, saya “menyaksikan” guyuran air terjun energi turun dari angkasa terluar yang di dalamnya partikel-partikel terbentuk dan hancur dalam getaran-getaran ritmis; saya “menyaksikan” atom-atom dari elemen-elemen itu dan atom-atom dari tubuh saya turut serta dalam tarian kosmis energi ini, saya merasakan iramanya dan “mendengarkan” suaranya, dan pada saat itu saya memahami bahwa ini adalah Tarian shiva dewa para penari yang dipuja oleh para penganut Hindhu [17].
Ulama sufi memandang alam semesta sebagai makrokosmis sama dengan mikrokosmis. Manusia adalah dunia miniatur mikrokosmos yang merupakan cerminan makrokosmos, hukum alam mengatur seluruh manusia sehingga perbedaan antara ruh dan materi terhapus karena pada level sub-atom materi adalah kegelapan yang tidak mempunyai keberadaan nyata [18]. Kenyataannya memang sesuatu yang besar itu (makrokosmis) tersusun dari segala sesuatu yang kecil-kecil (mikrokosmis) yang membentuk suatu ikatan makro dan saling terkait. Para sufi dalam memahami hal tersebut melalui suatu pengalaman mistis “penyaksian” yang dalam bahasa mereka sebut sebagai “musyahadah” atau “ma’rifat”, seperti yang mereka katakan, yaitu barangsiapa ma’rifat ( terhadap ) Allah Subhaanahu Wa Ta’ala akan dikokohkan oleh keabadian dan dunia seisinya terasa sempit [19].
Perkembangan ilmu fisika modern selaras dengan pemikiran kaum sufi. Awal abad kedua puluh, fisika modern telah banyak dan begitu cepat mempengaruhi kehidupan manusia. Terutama dalam fisika atom yang dengan cepat banyak berdiri industri yang menggunakan dasar teori atom tersebut, sehingga alam semesta beserta isi dan segala fenomena yang ada di dalamnya mengenai struktur kosmologis dapat dipandang melalui teori fisika dan tasawuf. Terdapat titik-titik kesejajaran ketika memasuki dimensi dunia mistik religius dan fisika modern dalam memandang alam semesta.
Pengaruh perkembangan fisika modern tersebut juga menyentuh dalam pola pikir dan kebudayaan manusia. Perkembangan fisika modern tidak lepas dari perbaikan / revisi secara radikal terhadap fisika klasik (Newtonian) terutama pada bidang materi, ruang dan waktu, serta sebab akibat (kausalitas) yang menuju ke arah pemikiran yang bersifat mistis (abstrak), sehingga memunculkan metafisika.
Werner Heisenberg mengungkapkan seperti yang dikutip oleh Frtjof Capra dalam Tao of Physics, sebagai berikut :
Konstribusi ilmiah yang terbesar dalam fisika teoritis berasal dari Jepang sejak perang berakhir merupakan suatu indikasi dari bertemunya hubungan khusus antara ide-ide filsafat dalam tradisi Timur Jauh dan substansi filsafat dari teori quantum [20].

Keparalelan antara pemikiran dalam tasawuf dengan fisika modern yang menyebabkan adanya titik temu dan hubungan terjadi karena tasawuf didasarkan pada pemahaman langsung ke dalam alam realitas, sementara fisika didasarkan atas observasi terhadap fenomena-fenomena alam dan eksperimen-eksperimen ilmiah yang diinterpretasikan dan dikomunikasikan lewat kata-kata, dimana kata-kata tersebut terlampau abstrak ketika berdekatan dengan realitas yang menyebabkan kesadaran akan fakta inilah yang menjadi titik temu antara fisika modern dan sufi[21].
Nilai-nilai tasawuf yang mewarnai fisika modern yang ingin penulis ungkapkan dalam hal ini berhubungan dengan alam semesta terutama mengenai ruang dan waktu serta penyatuan dalam keberagaman sehingga dapat memperlihatkan bahwa dalam perkembangan fisika modern tidak terlepas dari etika-etika agama. Kita menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah membawa kepada pemikiran manusia seolah-olah dialah penguasa alam semesta karena dengan ilmunya manusia dapat mengendalikan alam lingkungannya dan berbuat semaunya untuk menguasai orang lain.
Tasawuf yang menekankan pada aspek pensucian hawa nafsu yang bertujuan untuk mengenal dan mencintai sang pencipta dan penguasa alam semesta, sebenarnya banyak sekali nilai-nilainya yang terkandung dalam fisika modern, sebagaimana yang telah dikatakan di atas mengenai materi  dalam level subatom atau dunia mikrokosmos, walaupun para fisikawan barat dalam memahaminya bersentuhan dengan mistis diluar islam (Hindu, Budha, Zen, Tao dan lain-lain), maka penulis mencoba untuk mengungkapkannya melalui pemikiran-pemikiran islam (tasawuf) misalnya fana’, baqa’, Jam’u dan lain-lain. Hal ini diharapkan dapat membuka wawasan terhadap pencinta fisika terutama muslimin dan muslimah agar dalam mempelajarinya tidak sebatas pada keilmuannya, tetapi lebih jauh dari itu untuk lebih mengenal dan mendekatkan diri pada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengungkapkan keparalelan tasawuf dan fisika modern dalam “Nilai-Nilai Tasawuf Dalam Perkembangan Fisika Modern”.

B.    Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang terkait dengan tasawuf dan fisika modern yang akan dibahas dalam kajian ini dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana konsep ruang dan waktu, penyatuan benda-benda, dan eksistensi materi alam semesta dalam tasawuf.
2.     Bagaimana konsep ruang dan waktu, penyatuan benda-benda, dan eksistensi materi alam semesta dalam fisika modern.
3.     Bagaimana hubungan dari kenyataan adanya kepararelan antara pemahaman tasawuf dan fisika modern yang mempengaruhi kehidupan manusia.

C.    Pembatasan Masalah

Pembahasan mengenai masalah nilai-nilai tasawuf dalam perkembangan fisika modern merupakan suatu bahasan yang di dalamnya terkandung unsur-unsur suatu gagasan umum yang melihat keparalelan antara tasawuf dengan fisika modern.
Keparalelan antara tasawuf dan fisika modern tersebut difokuskan pada, alam semesta, ruang dan waktu, dan penyatuan dalam keberagaman.

D.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang dapat memberikan konstribusi terhadap pandangan filsafat islam terutama kalangan mistikus dan keselarasannya dalam perkembangan fisika modern, diantaranya adalah untuk:
1.      Menyingkap alam semesta mengenai konsep ruang dan waktu serta kedinamisannya menurut cara pandang tasawuf.
2.      Menyingkap alam semesta menganai konsep ruang dan waktu serta kedinamisannya menurut cara pandang fisika modern.
3.      Memahami hubungan dari timbulnya keparalelan antara fisika modern dengan tasawuf.

E.    Kegunaan Penelitian

Penelitian mempunyai beberapa tujuan yang diharapkan mampu memberikan pandangan tentang nilai-nilai islam yang terkandung dalam ajaran tasawuf (sufisme) dalam perkembangan fisika modern. Kegunaan penelitian ini antara lain adalah :
1.      Memasukkan nilai-nilai agama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga manusia tidak merasa disingkirkan ( terisolir ) dari kehidupannya sendiri yang selalu banyak terpengaruh oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan demikian antara agama dan ilmu pengetahuan dan teknologi ada suatu keterkaitan saling mendukung dan saling menguatkan.
2.     Memperkaya khasanah pemikiran dunia islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama bidang fisika.
3.     Membangun kembali dan menggunakan nilai-nilai dasar dan moral agama terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan supaya nilai-nilai agama dapat dijadikan sebagi pemicu semangat untuk menuntut dan terus menggali ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebagai filter dari dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

F.  Tinjauan Pustaka

Perkembangan ilmu fisika dan ilmu agama dalam hal ini agama islam tidak lepas dari peranan para filosof baik yang berkecimpung dalam masalah agama maupun ilmu pengatahuan terutama kealaman.
Sejak manusia menyadari kekuatan akalnya yang begitu besar orang-orang yang menggunakan akal pikirannya terus menerus berusaha untuk membuat rumusan-rumusan dibidang sains melalui berbagai macam metode eksperimen dalam bidang fisika, misalnya : Galileo Galilei yang seorang fisikawan juga seorang filosof yang telah mengembangkan dasar sains, Newton yang membangun fisika klasik juga dikenal sebagai filosof [22].
Kepercayaan yang berlebihan pada pentingnya akal telah mengakar sepanjang abad pertengahan, bahwa setiap penyelidikan terhadap fenomena alam harus didasarkan pada pengamatan, pengalaman, dan percobaan dengan menggunakan metode empiris, sampai filosof Inggris Francis Bacon mengatakan bahwa “Pengetahuan adalah kekuasaan” [23].
Hal di atas telah membawa pada pandangan bahwa akal adalah satu-satunya kekuatan yang mampu menguak rahasia alam semesta dan keberadaan sebagaimana kenyataannya tidak bisa lepas atau meninggalkan keimanan, yang mana iman menurut Al-Qur’an adalah mengetahui dan mengenal keberadaan secara universal seperti apa adanya[24]. Oleh sebab itu ilmu yang mendampingi iman akan menghindarkan jiwa manusia dari pencemaran dan takhayul[25].
Perkembangan pemikiran dalam agama islam juga banyak dipengaruhi oleh peranan para filosof, diantaranya adalam Ibnu ‘Arabi yang meletakkan dasar-dasar “Pantheisme”, Suhrawardi yang ada di Iran mengenalkan ajaran filsafat “Iluminasi”, Mansur Al-Hallaj seorang filosof dan juga sufi yang terkenal dengan ajaran “Wihdatul Wujud” dengan Ana Al-Haqnya. Mereka semuanya ini adalah filosof-filosof yang mempunyai corak mistis dalam ajarannya.
Para agamawan yang dimaksud di atas (para sufi) itu dalam ungkapan-ungkapan mereka tentang fenomena alam semesta ini parallel (sejajar) dengan pandangan para fisikawan. Para sufi itu mengungkapkan ajaran-ajarannya melalui pendekatan akal yang bercorak mistik. Keparalellan ini terasakan ketika memasuki dunia mikrokosmos dalam level sub-atom dimana materi hanya menunjukkan kencenderungan untuk ada sehingga diasumsikan sebagai sesuatu yang ghaib.
Pada dekade delapan puluhan seorang fisikawan Fritjof Capra mengemukakan tentang kesejajaran antara fisika dan mistisisme timur dalam bukunya “Tao of Physics” yang menerangkan saling keterkaitan didalam segala sisi kehidupan sampai kepada ajaran-ajaran agama serta buku “The Dancing Wu Li Masters” karya Gary Zukaf yang menguraikan bagaimana memahami makna fisika baru terutama dalam fokus relativitas dan kuantum yang juga menyinggung tentang keterkaitan antara manusia dengan alam sampai kepada Sang Pencipta.
Buku lain adalah Mistisisme Dan Fisika Baru karya Michael Tabolt yang menerangkan tentang fisika kuantum yang digunakan sebagai pemercepat perkembangan teknologi sehingga membantu para ilmuwan untuk mengungkapkan fenomena-fenomena yang sebelumnya belum terungkap melalui fisika Newtonian ( fisika klasik ). Ungkapan dalam fisika kuantum dalam buku ini sejajar dengan yang diungkapkan oleh para mistikus mengenai alam semesta ini.
Cara memandang ilmu pengetahuanpun berbeda dari kacamata filsafat dan fisika. Filsafat memandang bahwa pengetahuan itu didapatkan dengan menggunakan akal dalam menganalisis fenomena-fenomena, dan para filosof banyak yang mengatakan selain mnggunakan akal mereka juga mendapatkan bimbingan dari Tuhan. Sementara para fisikawan memandang bahwa ilmu pengetahuan didapatkan melalui berbagai macam eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah yang telah diakui oleh banyak ilmuwan.
Sementara buku yang menerangkan tentang tasawuf atau ajaran sufi (sufisme) dalam filsafat islam seperti dalam karangan Sachiko Murata yaitu “The Tao of Islam” tentang pemikiran islam dalam hubungannya antara Tuhan dan alam semesta, alam semesta dan manusia, serta manusia dan Tuhan. mengatakan bahwa kesatuan pemikiran atau pengetahuan itu ditemukan melalui pemahaman jenis-jenis hubungan yang ada dalam realitas, serta “Tahajud” karya Muhammad Sholeh yang menerangkan tentang manfaat sholat tahajud dalam meningkatkan kesehatan dan menurunkan hormon stress dalam tubuh pelaku sholat tahajud yang berhubungan dengan pengaruh atom-atom tubuh manusia. Terdapat kesejajaran/keselarasan dengan hukum-hukum alam yang dikemukakan oleh filosof-filosof ilmu pengetahuan alam yang dirumuskan  di dalam matematika dan fisika.

G.  Landasan Teori

Awal abad kedua puluh merupakan perkembangan dari realitas atom, untuk menerangkannya tidak bisa dengan menggunakan teori fisika klasik. Sejumlah eksperimen menunjukkan bahwa cahaya menjalar dalam bentuk paket gelombang yang disebut kuanta , yang pada 1920-an Erwin Schrödinger merumuskan persamaan gelombang dalam teori kuantum yang dapat menghitung tingkat energi diskret pada elektron secara akurat [26].
Atom yang di dalamnya terdapat elektron yang berputar mengelilingi intinya dengan kecepatan yang luar biasa merupakan elemen yang dapat ditunjuk sebagai jiwa atau zat hidup [27]. Penjabaran dan pengungkapan teori atom oleh para fisikawan setelah melalui berbagai macam eksperimen identik dengan pemahaman filsafat mistik. Fisikawan mengungkapkan pendapat mereka tentang alam semesta dengan menggunakan bahasa ilmiah dan bahasa mistik dalam mengagumi ke-Maha-an Tuhan Sang Pencipta sebagaimana yang diungkapkan oleh Albert Einstein :
Emosi paling indah dan paling menakjubkan yang dapat kita alami adalah perasaan batin. Perasaan itu merupakan kekuatan dari semua ilmu pengetahuan yang sejati … Untuk mengerti bahwa apa yang tidak terjangkau oleh kita benar-benar ada, menjelmakan ujud dirinya menjadi kebijaksanaan yang tertinggi dan keindahan yang paling menakjubkan, hanya dapat dipahami oleh kedunguan kita dalam bentuknya yang paling primitif-pengetahuan ini,, perasaan ini adalah pusat dari keagamaan [28].

Fisika Newtonian menerangkan bahwa manusia dan alam diibaratkan seperti gerakan mesin satu sisi dan saling terisolasi (terpisah) dengan elemen dasar penyusun materi disisi yang lain. Pernyataan ini ditolak oleh fisika modern melalui permasalahan yang timbul dibidang partikel-partikel sub-atom dimana partikel-partikel sub-atom tidak memiliki arti sebagai satu kesatuan yang terpisah, partikel-partikel sub-atomik saling terkait menjadi jaringan rumit yang terdiri dari relasi-relasi antar berbagai fragmen sebuah totalitas. Manusia dan alam semesta tidak lagi terpisahkan, antara objek dan subjek membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan menjadi suatu jaringan yang saling mendukung dan menguatkan.
Materi tidak ada secara pasti dalam tingkat sub-atomik namun hanya menunjukkan tendensi-tendensi untuk ada, ini mengarah kepada keberadaan mutlak yaitu Tuhan. Para sufi menterjemahkan keberadaan Tuhan sebagai  sifat-sifat atau akhlak Tuhan yang harus ada dalam diri manusia untuk mencapai tingkatan ma’rifat sesuai dengan Asma’ Al-Husna, sehingga manusia dalam geraknya akan sesuai dengan kehendak Tuhan. Hal ini memberi kesan bahwa fisika modern ingin menemukan suatu realitas sejati yang dalam bahasa tasawuf disebut sebagai hakekat yang merupakan suatu eksistensi mutlak di alam semesta ini.
Tasawuf ialah menekan dan mensucikan hawa nafsu serta mewarnainya dengan budi pekerti yang luhur. Tujuannya mengenal dan mencintai Allah serta mendekatkan diri kepadaNya dengan mentaati ajaran Rasulullah SAW sepenuhnya disertai kepekaan mengenal Allah[29]. Tasawuf juga berarti suatu pemutusan hubungan sepenuhnya dengan apa yang dikatakan sebagai “dunia” dan “egotisme”, juga tasawuf berarti tidak memiliki apapun dan tidak dimiliki  apapun[30]. Orang-orang yang memiliki ilmu tasawuf (kaum sufi) adalah orang-orang yang lebih suka kepada Tuhan daripada apapun dan Tuhan lebih suka kepada mereka daripada apapun.
Tasawuf yang berkembang biasanya digunakan untuk menyebut istilah mistik yang merupakan suautu istilah yang mengandung sesuatu yang misterius yang untuk mengungkapnya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara biasa, harus dengan tata cara khusus serta intelektual yang tinggi. Mistik berasal dari kata Yunani Myein yang berarti menutup mata [31].
Ketiadaan materi dalam sub-atomik ini sesuai dengan pemahaman tasawuf, dimana para sufi mengatakan sebagai fana’ (peniadaan) mereka terhadap “eksistensi” alam raya pada hakekatnya yang eksis hanya Tuhan sedangkan yang lainnya tidak ada atau hanya emanasi-Nya yang menunjukkan makna kemungkinan untuk ada [32]  untuk menghubungan antara sistem penciptaan yang menakjubkan dan keberadaan Sang Pencipta[33].
Pada saatnya ketika manusia telah mampu mengintegrasikan potensi hati dan pikirannya secara simetris dalam setiap sendi kehidupannya maka insan tersebut akan mengenal dan memahami dirinya dan Rabbnya … yang menjadi substansi dari keadaan dalam kehidupan seluruh makhluk yang terkait dengan dimensi ruang dan waktu, sementara Dia, Allah tidak akan pernah terkait dengan kedua dimensi tersebut [34].
Ajaran tasawuf memandang sebagaimana di atas, yaitu dunia akan selalu bergantung pada Tuhan karena daya pemeliharaan-Nya, sehingga Tuhan dan materi abadi bersama, hanya saja Tuhan bersifat tidak berubah sedangkan materi dapat berubah [35].

H.  Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah langkah yang disusun berdasar ilmu pengetahuan yang benar untuk mendapatkan penelitian yang sah. Beberapa metodologi penelitian adalah : Deduktif, induktif, library, research [36].
Penelitian ini menggunakan metode Library Research dengan memanfaatkan fasilitas kepustakaan berupa buku-buku, artikel, ensiklopedi, kamus, serta sumber-sumber tertulis lain[37].
1.      Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data melalui beberapa tahapan yaitu :
a.       Inventarisasi Data
Pengumpulan karya-karya ilmiah atau kepustakaan yang berhubungan dengan topik yang dibahas.
b.      Klasifikasi Data
Daftar kepustakaan yang relevan dikelompokkan sesuai dengan pembahasan yang diformulasikan menurut sistemaktika penulisan skripsi.
2.      Teknik Analisis Data
Penggunaan teknik analisis datanya bersifat deskriptif analitik [38], dengan menguraikan secara sistematis materi pembahasan dari berbagai sumber kepustakaan kemudian dianalisa untuk memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.

I.  Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
Bab II Perkembangan fisika yang terdiri dari mekanika Newton, revolusi pemikiran dalam fisika,  fisika modern menuju kearah metafisika, holisme fisika kuantum.
Bab III Pemikiran Tasawuf yang meliputi realitas kausalitas, ruang dan waktu, alam semesta, hubungan antara objek dan subjek di alam semesta
Bab IV Keparalellan tasawuf dan fisika modern
Bab V Penutup, berupa kesimpulan, implikasi dan saran


Selengkapnya Silahkan >>> DOWNLOAD


Tags: NILAI-NILAI TASAWUF  DALAM PERKEMBANGAN FISIKA MODERN
Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net