• Maqam dan Keadaan yang harus dilalui Para Sufi.

  • Kisah Hikayat Ulama Sufi.

  • Kisah Hikayat Para Wali Qutub sepanjang Masa

  • Kisah dan Cerita Lucu Sang Abu Nawas.

New Post

Rss

Tampilkan postingan dengan label SOSIAL POLITIK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SOSIAL POLITIK. Tampilkan semua postingan
Senin, 26 Maret 2012
no image

Penegakan HAM dalam Islam Analisis Pusat Studi Hak Asasi Manusia UII Yogyakarta

Penegakan HAM dalam Islam Analisis Pusat Studi Hak Asasi Manusia UII Yogyakarta

HAM

 Oleh Team www.seowaps.com

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia, sejak semula telah dikenal sebagai bangsa yang religius, bangsa yang memiliki kepercayaan dan hubungan dengan Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang dinyatakan dalam sikap hidup yang didasarkan kepada ajaran-ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang penuh toleransi di antara pemeluk-pemeluknya.
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah diakui oleh masyarakat Indonesia. Namun sejarah dari masa ke masa menunjukkan, bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah menjadi dasar dan memberikan warna terhadap semua segi kehidupan bangsa.[1]
Menurut pandangan Kristen Protestan, tidak ada masalah untuk menerima Pancasila. Bahwa Pancasila telah memberikan banyak inspirasi, selama pemahaman tentang kelima sila dari Pancasila tetap terbuka dan Pancasila tidak kemudian menjadi doktrin yang tertutup. Orang-orang Kristen Protestan dapat memahami sila pertama, dengan menyatakan bahwa di dalam kerangka kepercayaan kepada yang transenden, orang-orang yang sudah memiliki agama dapatlah terus melakukan dialog berdasarkan sikap saling menghargai demi tanggung jawab bersama.[2]
Negara Indonesia yang memilki Pancasila sebagai dasar negara maupun filsafat hidup atau pegangan hidup bangsa Indonesia, setiap rakyat Indonesia harus mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, pada dasarnya sila-sila dari Pancasila itu telah berakar pada jiwa Bangsa Indonesia.[3]
Pancasila berfungsi sebagai bimbingan moral dan etika, yang telah ditransformasikan menjadi dasar konsep politik yang sedemikian rupa. Ada dua kelompok yang sangat berpengaruh dalam pembentukan ideologi suatu bangsa. Pertama, kelompok nasionalis sekuler kedua kelompok nasionalis muslim. Yang dimaksud nasionalis sekuler adalah kelompok-kelompok yang menjadi pemimpin politik yang di Indonesia seperti pemimpin pilitik dari kalangan muslim, pemimpin politik dari kalangan Katolik, pemimpin politik dari kalangan Protestan, pemimpin politik dari kalangan Hindu. Secara tegas kelompok-kelompok nasionalis sekuler menolak agama dijadikan sebagai dasar negara. Meskipun secara personal nasionalis sekuler bukan kaum sekuleris, bahkan nasionalis sekuler tidak menggunakan agama sebagai ideologi atau sistem politik.[4]
Kelompok nasionalis muslim adalah kelompok yang mempunyai gagasan bahwa Islam harus dijadikan  sebagai dasar negara, antara agama dan politik tidak dapat dipisahkan karena tidak ada pemisahan antara persoalan duniawi dan ukhrawi dalam Islam.[5]
Di bumi Indonesia tidak hanya mayoritas agama Islam saja tetapi masih ada agama-agama lain seperti Katolik, Protestan, Hindu dan Budha yang butuh perlindungan dari negara. Oleh sebab itu , yang pantas dijadikan dasar negara adalah Pancasila, agar semua agama yang ada di Indonesia dapat menerimanya, bukan berarti setelah ber Pancasila lalu meninggalkan agama, tetapi Pancasila dan agama harus sejalan, Pancasila tanpa agama akan kosong hasilnya.[6]
 Menurut Faisal Ismail Konflik antara kelompok nasionalis sekuler dengan kelompok nasionalis muslim mengenai landasan falsafah negara tetap tegang, sehingga terbentuklah Piagam Jakarta pada butir pertama yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Bunyi butir pertama Piagam Jakarta yang memberikan posisi umat Islam di Indonesia yang memungkinkan untuk menerapkan syariat Islam, di negara Indonesia yang meskipun umat Islam yang pada dasarnya harus menerima Pancasila sebagai ideologi negara.[7]
Bunyi butir pertama dari Piagam Jakarta mendapatkan tantangan yang keras dari orang-orang yang non muslim, yang menyatakan bahwa konsekuensi kalimat Islam sangat mengesampingkan agama-agama lain yang ada di Indonesia. Seakan-akan menonjolkan agama orang yang mayoritas yaitu  agama Islam,  jika tidak diganti butir pertama dari Piagam Jakarta, maka dari kalangan agama orang yang minoritas  yaitu  agama non  Islam akan memisahkan diri dari Republik Indonesia.8        
Agar bangsa Indonesia tidak terpecah-pecah maka kedua kelompok tersebut melakukan musyawarah untuk mengganti bunyi pertama dari Piagam Jakarta agar tidak menyinggung perasaan dari kalangan agama minoritas, maka dengan kesepakatan  bersama antara kelompok nasionalis sekuler dengan kelompok nasionalis muslim , maka Piagam Jakarta diganti dengan bunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.9
Untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan antara kelompok nasionalis sekuler dan kelompok nasionalis muslim, maka PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara.10 Dengan disahkannya UUD 45, maka nilai-nilai yang esensial dalam Pancasila adalah:
  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .
Selain itu juga kebebasan untuk memeluk agama di Indonesia ditegaskan dalam UUD 45 Pasal 29 yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.11
Pasal-pasal yang terdapat dalan UUD 45 yang merupakan sebuah transformasi Pancasila sebagai norma-norma untuk hidup bermasyarakat, dalam bidang keagamaan, hukum, politik, sosial dan ekonomi.12 Pancasila dapat dijadikan sebagi alat pemersatu bangsa Indonesia, dapat diterima oleh semua pihak. Kenyataan telah mewujudkan bahwa dengan Pancasila dapat menimbulkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa dapat membawa keutuhan negara Republik Indonesia.13
Butir demi butir dari kelima sila Pancasila dalam penjelasannya jelas tidak bertentangan dengan Al-Kitab, dalam pelaksanaannya secara keseluruhan dapat mendukung pengembangan kegiatan setiap agama yang ada di Indonesia.14 Penjelasan butir demi butir dari kelima butir Pancasila yang erat hubungannya dengan Al-Kitab adalah:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini dapat memberikan suatu kebebasan ruang gerak bagi kemerdekaan beragama, setiap orang harus meyakini adanya Tuhan Yang maha Esa dan memberikan kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing.
Penjelasan Al-Kitab:
Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai mana jelas dalam tindakannya Penciptaan langit dan bumi. (Kejadian 1:1-27). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kasih (1 Yohanes 4:8)
Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Penolong, Tuhan Khalik Langit dan Bumi beserta segala isinya (Mazmur. 121:1-2)
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila ini menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia harus meningkatkan martabat manusia, dan dapat menikmati hak-haknya dan melaksanakan tanggung jawabnya.
Penjelasan Al-Kitab:
Manusia itu agung dan mulia karena manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang dibentuk atau diciptakan Allah (Kejadian: 1:22)
3. Sila Persatuan Indonesia
Sila ini menjelasakan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan demi keselamatan bangsa dan negara, mendahulukan kepentingan masyarakat dari kepentingan pribadi walaupun berbeda-beda kita tetap satu.
Penjelasan Al-Kitab:
“Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri…” (Roma 14:7a)
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Sila ini menjelaskan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, musyawarah untuk mancapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Penjelasan Al-Kitab:
“Kasih itu sabar, Kasih itu murah hati……” (I. Korintus. 13:14)
“Tidak mengambil keuntungan diri sendiri” (I. Korintus. 13:5)
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 
Sila ini menjelaskan, untuk bersikap adil, suka memberikan pertolongan kepada orang lain.
Penjelasan Al-Kitab:
“Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim belalah hak orang-orang yang sengsara dan orang yang kekurangan”. (Mazmur 82:3)

Dengan demikian menurut orang Kristen sila-sila dalam Pancasila tidak bertentangan dengan Al-Kitab bahkan dalam pelaksanaannya secara konsekuen/mendukung apa yang terdapat dalam Al-Kitab.15
Penjelasan di atas menurut pandangan T.B. Simatupang Pancasila adalah lebih dari sekedar payung, Pancasila mempunyai daya tarik emosionalnya tersendiri. Pancasila sebuah ideologi dan sebuah pandangan hidup.16

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi fokus perhatian untuk diteliti adalah:
1.      Bagaimana pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia ?
2.      Apa pengaruh pemikiran T.B. Simatupang  terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia ?

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian tentang pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1.      Untuk mengetahui dan menelusuri pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia dalam konteks yang lebih spesifik
2.      Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejauh mana pengaruh pemikiran T.B. Simatupang terhadap agama  Kristen Protestan di Indonesia.
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:
1.      Secara akademik penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran di bidang ilmu perbandingan agama.
2.      Untuk menambah pengetahuan tentang pemahaman umat Kristen Protestan dalam menerima Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia .

D.    Telaah Pustaka
Setelah mengadakan penelusuran pustaka, sejauh penulis ketahui agar tidak terjadi duplikasi dalam penelitian ini yang sebelumnya membahas T.B. Simatupang, maka penulis melakukan telaah pustaka sebagai berikut:
Karya ilmiah yang mengkaji tentang pemikiran T.B. Simatupang dalam buku, Spiritualis, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia, di tulis oleh Victor I Tanja pada tahun 1996. Dalam buku ini menggunakan pendekatan sosiologis, yang memaparkan bagaimana peranan agama khususnya Iman Kristiani dalam memberikan sumbangan terhadap tuntutan pembangunan di tengah masyarakat Indonesia yang pluralistik berdasarkan Pancasila sebagai satu-satunya asas bermasyarakat, berbangsa, dan beragama.
Kemudian ada buku yang di tulis oleh : A.G. Hoekema, yang di terjemahkan oleh Ny. Amsy Susilaradeya pada tahun 1997, yang berjudul : Berpikir Dalam Keseimbangan Yang Dinamis , Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Nasional di  Indonesia  ( 1860- 1960).Dalam buku ini menggunakan pendekatan  historis-teologis, yang memaparkan tentang bagaimana perkembangan teologi Protestan di Indonesia selama tahun 1860-1960, dan kapan teologi Protestan di Indonesia lahir ?  dan juga siapa tokoh yang membangun teologi Protestan di Indonesia.
Kemudian ada buku yang di tulis oleh Bambang Ruseno Utomo, pada tahun1993 yang berjudul: Hidup Bersama di Bumi Pancasila: Tinjauan Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia. Dalam buku ini mengunakan pendekatan sosiologis dan teologis, yang memaparkan untuk mengungkap dan mengkaji perkembangan dan pertemuan kedua agama tersebut di bumi Indonesia atau di bumi Pancasila, dan juga untuk membantu bisa saling mengenal satu sama lain dalam rangka saling mengasihi sesama insan yang saling berlainan agama dan kepercayaan. 
Kemudian ada skripsi yang berjudul: Gereja dan Pancasila ( Studi Analisa Pemahaman dan Sikap PGI Terhadap Pancasila ), yang ditulis oleh: Tri Budi Waryanto, dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis dan metode historis. Dalam skripsi ini lebih memfokuskan tentang pengertian organisasi kemasyarakatan dalam arti apakah persekutuan gereja-gereja di Indonesia dapat dijadikan sebagai organisasi kemasyarakatan yang dapat mengayomi atau melindungi masyarakat Kristen Protestan di Indonesia.
Kemudian ada skripsi yang berjudul : Gereja dan Pembangunan ( Studi Pemikiran  Tahi Bonar ( T.B.) Simatupang ), di tulis oleh Ahmad Musfik,  skripsi tersebut menggunakan pendekatan historis, dan pembahasannya lebih terfokus  bagaimana gereja-gereja yang ada di Indonesia dapat ikut andil dalam membangun bangsa ini agar menjadi bangsa yang makmur dan beradab.
Berdasarkan telaah pustaka di atas maka peneliti akan  mengkaji mengenai pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia. Akan tetapi peneliti harus membedakan terlebih dahulu antara penelitian  yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian sebelumnya,  penelitian sebelumnya  yang sudah pernah mengkaji pemikiran T.B. Simatupang adalah Viktor I Tanja yang berjudul Gereja dan Pembangunan. Kemudian ada juga penelitian yang di tulis oleh Tri Budi Waryanto yang berjudul Gereja dan Pancasila ( Studi Analisa Pemahaman dan Sikap PGI Terhadap Pancasila ). Kemudian ada juga penelitian yang di tulis oleh Ahmad Musfik yang berjudul Gereja dan Pembangunan.  Kemudian  ada juga penelitian yang di tulis oleh Bambang Ruseno Utomo yang berjudul Hidup Bersama di Bumi Pancasila : Tinjauan Hubungan  Islam dan Kristen di Indonesia.
Kemudian yang membedakan antara penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah: Bahwa penelitian sebelumnya hanya memfokuskan bagaimana gereja-gereja yang ada di Indonesia dapat ikut andil dalam membangun bangsa ini,dan apakah gereja –gereja yang di Indonesia dapat mengayomi atau melindungi umat Kristiani di Indonesia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis  sekarang yang berjudul hubungan Kristen Protestan  dengan Pancasila di Indonesia ( Studi atas Pemikiran T.B. Simatupang ) yang tidak terlepas dari beberapa faktor yaitu: Faktor sejarah, faktor politik dan faktor agama.
E.     Metodologi Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Penelitian ini bercorak Library Research (Penelitian Pustaka), dalam arti sumber-sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Melalui karya-karya ilmiah, baik yang tertuang dalam buku, majalah, maupun data-data kepustakaan lainnya yang berkenaan dengan pemikiran T.B. Simatupang.
2.      Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis dalam mencari data menggunakan metode dokumentasi.17 Dalam metode dokumentasi  nantinya peneliti akan menemukan sumber data primer dan sumber data sekunder, maka sumber data primer yang utama adalah tulisan T.B. Simatupang yang berjudul. Iman Kristen dan Pancasila , dan juga buku yang berjudul Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, Menelusuri Makna Pengalaman Seorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Dapan Masyarakat, Bangsa dan Negara. Dan data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang  memang representatif dalam mendukung penelitian ini.
3.      Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis dapat mengumpulan tulisan atau data yang berhubungan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini, kemudian penulis menelaah data yang telah terkumpul tersebut, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan sesuai dengan wawasan penulis. Kemudian dalam penelitian ini juga penulis dalam menganalisis data menggunakan metode deskriptif 18, jadi dalam menganalisis data  tidak hanya sebatas mengumpulan data saja dan menyusunan data, tapi  harus mencakup analisis dan interpretasi tentang data itu agar mendapat pemahaman yang lebih jelas lagi 19.
4.      Metode Pendekatan
  Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan historis, karena pendekatan sejarah biasanya meliputi pengalaman masa lalu yang menggambarkan secara kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta untuk membantu mengetahui apa yang harus di kerjakan sekarang dan masa yang akan datang.20

F.     Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan dalam penyelesaian penelitian ini, penyusun akan menggunakan sistematika sebagai berikut :
Bagian depan memuat halaman judul, halaman nota dinas, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar , daftar isi, daftar singkatan dan  abstrak.
Sedangkan bagian isi yang merupakan inti dari pembahasan skripsi ini, penulis susun dalam bab-bab sebagai berikut:
Bab pertama, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metodologi  penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, sketsa biografi T.B. Simatupang. Masa kecil dan latar belakang pendidikan, karir dan kegiatan, karya-karya T.B. Simatupang , dan orang-orang yang mempengaruhi pemikiran T.B. Simatupang
Bab ketiga, membahas pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia, yang  meliputi pemahaman T.B.Simatupang tentang Kristen Protestan di Indonesia.  yang meliputi sejarah  singkat masuknya Kristen Protestan di Indonesia,dan pemahaman T.B.Simatupang tentang ideologi Pancasila. Kemudian aspek-aspek pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia, yang meliputi : aspek sejarah, aspek politik, dan aspek agama. Kemudian pemahaman tentang Pancasila yang meliputi, pengertian Pancasila, sejarah singkat tentang Pancasila, fungsi Pancasila.
Bab keempat, membahas tentang apa pengaruh pemikiran T.B. Simatupang  terhadap agama Kristen Protestan  di Indonesia, yang meliputi pemahaman Kristen Protestan terhadap Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dan meningkatkan partisipasi gereja dalam membangun bangsa Indonesia sebagai pengamalan Pancasila. Kemudian analisis penulis.
Bab kelima, penutup, yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran, kata penutup daftar pustaka dan curriculum vitae.

Selengkapnya Silahkan >>> DOWNLOAD

Tags: Penegakan HAM dalam Islam Analisis Pusat Studi Hak Asasi Manusia UII Yogyakarta
no image

PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA


PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA

LANJUT USIA DI PANTI JOMPO

BAB  I

PENDAHULUAN


A.  PENEGASAN  ISTILAH
Skripsi ini berjudul “PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA”. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul tersebut, maka penulis akan memberikan penegasan atau penjelasan demi adanya ketegasan istilah judul dan permasalahan yang akan dibahas, dengan merinci kata-kata sebagai berikut :
Pembinaan
Pembinaan adalah usaha atau tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara   berdaya guna dan  berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik.[1] Maksud pembinaan disini untuk membentuk pribadi muslim yang ideal, yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran perlu diadakan suatu usaha pembinaan yang maksimal agar tujuanya tercapai, yaitu bahagia dunia dan akherat. Khususnya disini bagi lanjut usia yang menghabiskan sisa usianya di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta. Dalam kondisi yang tertekan, pemahaman agama yang kurang mereka sangat memerlukan pembinaan agama agar mereka merasa dekat dengan Tuhan sehingga tentramlah hatinya.

Agama Islam
 Menurut Abu Ahmadi dalam bukunya Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam (1994),  agama Islam adalah risalah yang disampaikan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah.[2]
      Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan ibadah muamalah (syariah), yang menentukan proses berfikir, marasa, berbuat, dan proses terbentuknya kata hati.[3]
            Adapun yang dimaksud pembinaan agama Islam dalam judul tersebut adalah segala usaha dan kegiatan yang dilakukan Panti Wredha Budi Dharma, secara sistematis dan terencana mendidik dan mengarahkan obyek jamaah lanjut usia yang beragama Islam agar mereka mampu mengadakan perubahan, perbaikan, peningkatan dan pengalaman-pengalaman terhadap ajaran agama Islam sasuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist. Khususnya dalam berakhidah dan beribadah.
Lanjut Usia
Lanjut usia adalah berarti pula para orang jompo. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, orang jompo adalah orang yang sudah tua.[4]
Adapun kriteria lanjut usia atau  orang jompo di Panti Wredha Budi Dharma adalah :
a.       Berusia 60 th keatas.
b.      Tidak mampu mencari nafkah untuk keperluan hidup sehari-hari .
c.       Tidak mempunyai sanak saudara yang dapat memberikan bantuan kelangsungan hidupnya
d.      Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta
Panti Wredha Budi Dharma adalah sebuah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Tingkat Pemerintah Daerah Yogyakarta yang memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat khususnya yang kurang beruntung. Secara sosial dan cuma-cuma, panti ini memberikan pelayanan terhadap lanjut usia. Di tempat ini para lanjut usia mendapatkan cinta kasih, perawatan jasmani dan rohani, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dan mendapatkan ketentraman lahir dan batin.
            Panti Wredha Budi Dharma terletak di Ponggalan Umbulharjo VII 203 Yogyakarta. Jumlah klien di panti tersebut adalah  60 orang,  dengan mayoritas klien  beragama Islam yang berjumlah 57 orang. Sejak berdiri sampai sekarang panti ini  telah banyak mengalami perkembangan dan kemajuan berkat dukungan dan dorongan berbagai pihak.
Berdasarkan istilah tersebut maka penulis tegaskan bahwa maksud judul diatas adalah suatu penelitian tentang usaha atau kegiatan yang dilaksanakan oleh para pembina agama di Panti Wredha Budi Dharma yang berupa bimbingan terutama agama Islam yang diberikan kepada sekelompok lanjut usia  dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan sikap, perbuatan dan tingkah laku agar selaras dan sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dalam penelitian ini penulis batasi pada kegiatan pelaksanaan pembinaan agama Islam yang meliputi, kegiatan pembinaan agama Islam, dasar dan tujuan, subyek dan obyek, materi dan metode pembinaan agama Islam, keberhasilan pembinaan agama Islam.

B.  LATAR BELAKANG MASALAH

Untuk menjawab segala tantangan dan kemajuan zaman yang semakin modern,  pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan pula manusia dapat mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan manusia akan sempurna jika kebahagiaan lahir dan batin terpenuhi dengan seimbang. Kebahagiaan batin akan terpenuhi karena adanya sebuah kepercayaan terhadap Tuhan atau agama. Dalam beragama diperlukan suatu peribadatan dengan cara-cara tertentu. Untuk mengetahui cara beribadah kepada Tuhan, manusia memerlukan sebuah pendidikan agama.
Agama Islam adalah agama yang dirahmati Allah. Segala tata cara peribadatan kepada Allah hanya akan diketahui melalui pendidikan agama Islam. Dalam Islam  telah dikenal pendidikan seumur hidup (Long Life Education), bahwa pendidikan itu dimulai dari sejak lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan agama Islam secara continue perlu diadakan sebuah pembinaan. Pembinaan agama Islam dimaksudkan untuk membentuk pribadi muslim yang  kembali kepada Sang Pencipta dengan Khusnul Khotimah.
Pendidikan agama Islam yang telah ditanamkan sejak dari kecil akan mengakar kuat pada diri pribadi seseorang, sehingga dalam menapaki hari tua atau usia lanjut dapat merasakan ketentraman batin meskipun kondisi fisik maupun psikis mereka telah menurun. Dengan beribadah kepada Allah, lanjut usia akan tenang dan berserah diri pada Allah  dalam menanti ajalnya.
 Banyak lanjut usia yang mengalami penurunan kesehatan baik secara fisik maupun secara mental sehingga jiwanya goncang. Kecemasan. rasa putus asa, emosi, mudah marah, sedih dan lain sebagainya adalah gejala dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi para lanjut usia.  Keadaan tersebut hanya dapat ditangani melalui pembinaan rohani agar dapat merasakan ketentraman dan kebahagiaan.
Gejala dengan segala permasalahan  yang dihadapi lanjut usia perlu kita kaji usaha penangananya agar mereka dapat merasakan ketentraman dan kebahagiaan. Salah satu usaha yang dilakukan Panti Wredha Budi Dharma adalah pembangunan rohani untuk lebih membangkitkan perasaan dekat dengan Tuhannya, sehingga dalam batin mereka lebih tenang dan tentram.
Latar belakang diadakan pembinaan agama Islam bagi lanjut usia  adalah untuk mengatasi latar belakang para lanjut usia yang erat kaitanya dengan asal kehidupan mereka, yang sebagian berpendidikan rendah (buta huruf), rendahnya keyakinan agama, pengetahuan pemahaman serta pengamalan agama mereka.

C.  RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Mengapa pelaksanaan pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wreda Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta dipandang perlu?
2.      Kegiatan apa saja yang menjadi program dalam rangka pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta?
  1. Apa hasil dari pelaksanaan pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia  di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta?

D.  ALASAN PEMILIHAN JUDUL

  1. Bahwa lanjut usia yang dalam keadaan jauh berbeda dari usia sebelumnya merasa tidak berguna dan diperlukan lagi, perlu diadakan pembinaan terutama pembinaan agama Islam.
  2. Pembinaan agama Islam tidak hanya penting diberikan pada anak-anak, tetapi juga untuk lanjut usia agar mencapai derajat khusnul khotimah.
  3. Adanya upaya untuk pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta.

E.   TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Tujuan diadakan penelitian ini adalah :
1.      Ingin mengetahui kegiatan apa saja yang menjadi program dalam rangka pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wredha Budi Dharma Umbulharjo Yogyakarta.
  1. Ingin mengetahui mengapa pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta di pandang perlu.
3.      Untuk mengetahui hasil pelaksanaan pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia  di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta.
Setelah diadakan penelitian ini  diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :
  1. Dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat Yogyakarta khususnya.
  2. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pengelola Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta agar kedepanya lebih maju.
  3. Sebagai tugas akhir dalam menempuh gelar sarjana SI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

 

F.   KERANGKA TEORITIK

1.   Pembinaan Agama Islam
a.   Pengertian Pembinaan Agama Islam.
Dalam Al-Quran QS. Ali Imron ayat 9 disebutkan bahwa agama disisi Allah hanyalah agama Islam. Untuk melestarikan agama Allah tersebut, perlu dilaksanakan sebuah pembinaan secara terus menerus dari generasi kegenerasi. Karena Rasulullah adalah rasul terakhir pengemban ajaran Islam, maka pembinaan ini dilaksanakan sejak zaman  turunya ajaran Islam hingga akhir zaman.
Pengertian pembinaan menurut bahasa atau asal katanya, pembinaan berasal dari بنى- يبنى- بناء yang berarti membangun, membina, mendirikan. Dalam hal ini yang dimaksud penulis adalah pembinaan agama Islam. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits :
بنى الاسلام على خمس شهادة أن لا آله الا الله  وإيقام  الصلاة  وإيتاء الزكاة  وصو م رمضان (رواه البخارى)

Artinya : “Dibina Islam atas lima sendi yang terpokok yaitu meyakini ke-Esaan Allah, mendirikan sholat, membayar zakat fitrah dan berpuasa dibulan Romadhon. (H.R.. Buchori).[5]

Praktek pembinaan agama Islam pada dasarnya adalah proses pendidikan. Pendidikan ini seyogyanya diberikan sejak dari buaian hingga meninggal dunia, dari linkungan keluarga sekolah dan masyarakat, baik melalui pendidikan formal maupun non formal.
Menurut Drs. H Zuhairi dkk, Pendidikan agama Islam adalah usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.[6]
Menurut Drs. H Abdul Rachman Saleh, Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikanya dapat memahami dan mengamalkan   ajaran-ajaran  agama Islam serta menjalankan sebagai way of life (jalan hidup).[7]
b. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
1)   Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar Pendidikan Agama Islam adalah Al-Quran dan Hadits. Melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya. Allah telah mengutus seorang rosul untuk menyempurnakan akhlak manusia agar manusia beribadah kepada Tuhan melalui ajaran Islam yang sangat diperlukan sekali pembinaanya. Allah berfirman dalam QS At Tahrim ayat 6. Selain itu Allah juga berfirman dalam QS Ali Imron  ayat 104 yang berbunyi :
ولتكن منكم بأمة يدعون إلى الخير ويأمرون المعروف وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون (آل عمران:104)
Artinya :”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.[8] (Q.S. Ali Imron : 104)
Hadist Nabi :
بلغوا عنى ولو آية (رواه البخارى)
Artinya : Sampaikan ajaranku kepada orang walaupun hanya satu ayat.[9](H.R. Buchori)
Ayat dan hadits Nabi tersebut diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa selaku umat Rasulullah diwajibkan untuk mengajarkan agama Islam kepada keluarga maupun orang lain sesuai kemampuan.
2)   Tujuan Pembinaan  Agama Islam
Dalam suatu usaha pasti ada tujuan, begitu halnya dalam pembinaan agama Islam pasti ada tujuan. Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai  dari suatu aktivitas, karena setiap aktivitas pasti mempunyai tujuan tertentu yang berfungsi untuk mengarahkan, mengontrol, memudahkan evaluasi suatu aktifitas.
Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al Toumy Al Syaibani, tujuan pendidikan agama Islam adalah perubahan yang diingini yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proases pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai proposisi diantara profesi asasi dan masyarakat.[10]

Agar pelaksanaan pendidikan agama Islam tersebut terlaksana maka akan dijelaskan  tujuan secara umum dan secara khusus. 
a)   Tujuan Umum Pendidikan
Tujuan umum pendidikan agama adalah membimbing anak agar menjadi muslim sejati, beriman, beramal sholeh, bertaqwa dan berguna bagi masyarakat, agama, dan negara.
Tujuan tersebut adalah tujuan yang ingin dicapai dalam  setiap pendidikan agama Islam. Allah berfirman :
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون (الذارية: 56)
Artinya: “Dan Aku tidak akan menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.[11] (Q.S. Adzaariyat: 56) 
Bahwasanya manusia itu diciptakan agar supaya menyembah dan beribadah kepada Allah. Ada tata cara tertentu agar ibadah manusia tersebut diterima oleh Allah. Untuk mengetahuinya tidak mungkin tanpa adanya sebuah pendidikan, bimbingan dan binaan agama Islam itu sendiri.
Dengan sebuah pendidikan, pengetahuan tentang ibadah diketahui manusia. Setelah segala pengetahuan tersebut diketahui manusia maka terbentuklah manusia yang taat beribadah. Manusia beribadah adalah manusia yang segala tingkah laku dan perbuatanya bertitik tolak pada ajaran agama Islam, berdasar atas Al-Qur’an dan Hadist. Sehingga manusia dapat menikmati kebahagiaan di dunia maupun di akherat
b)   Tujuan  Khusus
Tujuan khusus pendidikan agama Islam adalah tujuan pendidikan dalam setiap tahap yang dilalui.[12] Berbicara tentang tahap khusus ini penulis membagi kedalam dua tahap yaitu :
(1)  Tahap Dewasa
Dalam tahap ini orang dewasa percaya pada suatu agama dan mampu melaksanakanya dengan penuh kesadaran. Zakiah Darodjat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama hal 162 disebutkan bahwa orang yang telah melewati usia remaja mempunyai ketentraman jiwa, ketetapan hati dan kepercayaan yang tegas baik dalam bentuk positif maupun negatif.
Dalam usia ini pembinaan agama Islam dimaksudkan untuk mempertebal keimanan, menambah ketaqwaan kepada Allah swt, karena keyakinan seseorang belum tentu dibawa sampai akhir hayatnya.


(2)  Tahap Orang Tua (Lanjut Usia)
Dalam kondisi mental yang jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya, lanjut usia perlu diberikan sebuah pembinaan agama Islam agar selalu ingat terus dengan Allah dan menambah amalan ibadah, mendekatkan diri pada Allah, pasrah jiwa raga kepada Allah, sehingga mencapai derajat khusnul khotimah.
Setelah semua tujuan pembinaan agama Islam tercapai maka akan tercipta empat hubungan yang baik yaitu, hubungan dengan Allah, hubungan dengan orang lain, dengan dirinya sendiri dan dengan makhluk lain.
Karena klienya adalah lanjut usia maka tujuan dilaksanakan pembinaan agama Islam di Panti Wredha Budi Dharma adalah untuk membimbing para lanjut usia yang kondisinya jauh berbeda dari sebelumnya untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah, agar hati dan jiwanya tentram serta merasa berguna dalam mengisi sisa usianya.                    
b.      Proses Pembinaan Agama Islam
Pembinaan agama bukanlah suatu proses yang dapat terjadi dengan cepat dan dipaksakan, tapi haruslah secara berangsur-angsur wajar, sehat dan sesuai dengan pertumbuhan, kemampuan dan keistimewaan umur yang sedang dilalui.
Proses pembinaan agama itu terjadi melalui dua kemungkinan:


1)  Melalui Proses Pendidikan
Pembinaan agama melalui proses pendidikan itu harus terjadi sesuai dengan syarat-syarat psikologis dan pedagogis, dalam ketiga lembaga pendidikan, yaitu rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Hal ini berarti bahwa pembinaan agama itu harus dimulai sejak lahir, karena setiap jenjang yang dilalui anak akan menjadi bagian dari pribadinya yang akan bertumbuh nanti. Apabila kedua orang tuanya mengerti akan agama, maka pengalaman anak yang menjadi bagian pribadinya mengandung unsur-unsur agama pula.
Kemudian setelah pembinaan agama itu ditanamkan di dalam rumah tangga harus dilanjutkan di lingkungan sekolah, dimana pembinaan diteruskan dan pengertian sedikit diberikan sesuai dengan pertumbuhan yang dilaluinya. Setelah anak mulai sekolah, banyak pengaruh-pengaruh masyarakat dan lingkungan menimpanya, baik yang positif maupun yang negatif. Semua pembinaan yang diberikan dirumah dan disekolah sangat mempengaruhi dalam perkembangan anak tersebut.
Agar pembinaan agama tercapai, maka ketiga lembaga pendidikan (rumah, sekolah dan masyarakat) harus bekerja sama dan berjalan seirama, tidak bertentangan satu sama lain.
2)   Melalui proses pembinaan kembali.
Yang dimaksud poses pembinaan kembali, ialah memperbaiki moral yang telah rusak, atau membina moral kembali dengan cara yang berbeda dari pada yang pernah dilaluinya dulu. Biasanya cara ini ditunjukkan pada orang dewasa yang telah melewati umur 21 tahun.[13]
Yaitu bagi mereka yang berumur lebih dari 21 tahun, yang belum pernah terbina agamanya, baik karena kurangnya pembinaan agama yang dilaluinya dulu, maupun karena belum pernah sama sekali mengalami pembinaan agama dalam segala bidang dilembaga pendidikan yang dilaluinya.
Orang seperti inilah yang menjadi sasaran dakwah. Bermacam-macam pula tingkat pendidikan dan tingkat kedudukan sosial. Untuk mengadakan pembinaan diperlukan kecakapan, pengalaman dan seni tertentu. Karena bagi masing-masing sasaran, ada keadaan dan pengalaman-pengalaman masa lalu yang telah mewarnai pribadinya dan telah membuat pengaruh tertentu terhadap moralnya. Ada yang perlu ditangani secara perorangan dan ada pula yang dapat ditangani secara kelompok.
Pembinaan agama Islam di Panti  Wredha Budi Dharma merupakan sebuah proses pembinaan kembali terhadap lanjut usia yang mana mereka sebelumnya mungkin telah mendapatkan pendidikan atau pembinaan ini terlaksana karena dalam rangka perbaikan moral para lanjut usia yang tinggal disana.

d.  Unsur-unsur Pembinaan Agama Islam
1)  Subyek Binaan
Subyek binaan yang dimaksudkan di sini adalah pelaku pembinaan. Pelaku pembinaan dapat berupa :
    Petugas khusus yang ditunjuk untuk tugas khusus tersebut (fulltimer) dan disingkat sebagai karyawan dengan tugas yang khusus untuk menangani masalah agama.
    Petugas sambilan atau petugas rangkap yaitu petugas dari suatu bagian, bertugas pula selaku pembina rohani karena keahlianya.
    Petugas tetap, tetapi berstatus honorer atau harian.
-          Ulama atau mubaligh setempat yang sewaktu-waktu mengisi pembinaan.[14]
Adapun syarat pelaku pembinaan adalah sebagai berikut :
-  Berpengetahuan agama yang mandiri.
  Penuh dedikasi.
  Patut dijadikan contoh.
  Pantas dijadikan ikutan.
  Mempunyai rasa tanggung jawab berbangsa dan bernegara.
Pada dasarnya pembina sama saja dengan pendidik. Untuk wewujudkan pendidik yang profesional, sebaiknya mengacu pada tuntunan Nabi saw, karena beliau adalah satu-satunya pendidik yang paling berhasil sebagai uswah hasanah pengemban ajaran Islam.
Pendidik Islam yang professional harus memiliki kompentensi-kompentensi sebagai berikut :
-          Penguasaan materi al-Islam yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengayaan, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya.
-          Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik) pendidikan Islam termasuk evaluasi.
-          Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
-          Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan Islam.
-          Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.[15]
2)  Obyek Binaan
Obyek pembinaan ini tentunya adalah para jemaat pembinaan. Dalam suatu perkumpulan tentunya terdapat perbedaan, mulai dari latar belakang ekonomi, kondisi jiwa dan lainya. Adapun Obyek binaan di Panti Wredha Budi Dharma adalah lanjut usia. Dengan latar belakang para lanjut usia yang berbeda-beda diharapkan para pembina mampu menyampaikan Pendidikan Agama Islam dengan mengambil metode dan materi yang tepat agar nilai-nilai syariat Islam terserap oleh para lanjut usia.
3)  Materi Pendidikan Agama Islam
Inti dari ajaran pokok agama Islam adalah meliputi :
-  Masalah keimanan (akidah).
-  Masalah keislaman (syariah).
-  Masalah ikhsan (akhlaq)
a)  Akidah: adalah bersifat i’tikad batin, berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
b)  Syariah: adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan semua hukum Tuhan, yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.
c)  Akhlak: adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal diatas dan mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.[16]
Dari ketiga inti ajaran pokok tersebut dijabarkan kedalam bentuk rukun iman, rukun islam, akhlaq. Dan dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu:
1. Ilmu Tauhid.
2. Ilmu Fiqih.
3. Ilmu Akhlaq.
4)  Metode Pendidikan Agama Islam
Untuk mencapai suatu tujuan khususnya pendidikan agama Islam diperlukan sebuah metode. Metode adalah suatu cara yang ditempuh agar maksud suatu usaha itu tercapai. Allah berfirman :
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك (ال عمران: 159)

Artinya :”Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.[17] (Q.S. Ali Imron : 159)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa  mendidik itu diperlukan suatu metode, harus dengan cara yang deduktif, metodis artinya dengan cara yang  tepat. Allah berfirman :                        
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين (النحل: 125)
                                           
Artinya :”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.[18] (Q.S. An Nahl : 125)
Dari berbagai macam metode yang telah ada dalam pendidikan, penulis memilih metode yang dianggap tepat bagi lanjut usia antara lain :
-  Metode ceramah.
-  Metode tanya jawab.
-  Metode contoh/suri tauladan.
-  Metode demonstrasi.
-  Metode latihan.
5)   Media Pendidikan Agama Islam
Media pendidikan agama ialah perantara yang dapat digunakan dalam rangka pendidikan agama.[19] Pemakaian media dalam pendidikan dimaksudkan agar semua materi pendidikan dapat diterima dengan mudah oleh para siswa. Dalam hal ini obyek bina adalah para lanjut usia, maka dengan media diharapkan para  lanjut usia dapat dengan mudah menangkap Pendidikan Agama Islam.
Adapun macam dari media pembinaan tersebut adalah sebagai berikut:
- Lisan
- Tulisan
- Audio Visual
e.   Kriteria Keberhasilan Pembinaan.
Kriteria pembinaan dapat dikatakan berhasil apabila obyek atau sasaran pembinaan setelah mendapatkan pembinaan telah mengalami perubahan sikap dan tingkah laku.
Dengan melihat perubahan sikap dan tingkah laku tersebut, maka akan diketahui tingkat keberhasilan dari pembinaan serta dapat lebih meningkatkan proses pembinaan sehingga pembinaan akan berhasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
2.   Pendidikan Agama Islam Bagi Lanjut Usia Merupakan Pendidikan Orang Dewasa.
Islam telah mengenal pendidikan seumur hidup. Proses balajar manusia berlangsung terus melalui pendidikan formal, non formal maupun in formal. Baik melalui media pengalaman, bacaan, pergaulan, melalui kursus atau media belajar yang diselenggarakan oleh masyarakat, sehingga pendidikan dikatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup.
Proses pembinaan agama Islam bagi para lanjut usia di panti ini merupakan salah satu wujud dari pendidikan orang dewasa, karena manusia yang berusia lanjut adalah orang yang telah melewati usia dewasa yang diistilahkan dengan recontruction of personality atau proses pembinaan kembali.
Pendidikan orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak. Namun hendaknya baik dalam proses pemberian materi atau faktor lainya. Harus dilihat apa pendorong bagi orang dewasa dalam belajar dan hambatan yang dialaminya serta harapan dan perhatian yang didambakan dari orang dewasa harus diperhatikan.
Pendidikan orang dewasa yang dituntut adalah adanya perubahan tingkah laku yang mestinya terjadi karena adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, ketrampilan serta adanya perubahan sikap. Tapi yang perlu diingat bahwa pertambahan pengetahuan belum menjamin berubahnya tingkah laku apabila masih adanya sikap tidak percaya diri, ketertutupan untuk melakukan pembaharuan sikap yang demikian merupakan sikap utama dari orang dewasa atau para lanjut usia.
Menempatkan para lanjut usia sebagai subyek pendidikan orang dewasa adalah tepat, karena mereka yang hidup di panti ini sebelumnya telah memiliki prinsip hidup, pola hidup, etika hidup yang mereka pegang kuat, sehingga bagi pembimbing agama Islam perlu mempelajari seluk beluk orang dewasa berikut psikologi mereka agar tujuan dari pembinaan agama Islam dapat dicapai.
a. Pengertian Pendidikan Orang Dewasa.
Dari uarian yang telah disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan bagi orang dewasa itu sangat penting, begitu juga bagi para lanjut usia yang terkadang susah diatur. Perlu kita ketahui bahwa tujuan pendidikan orang dewasa adalah perubahan tingkah laku, sesuai dengan definisinya :
Adult education is a proses where by persons whose mayor sosial rules are caracteristic of adult status undertake systematic and sustaimed learning activities for the porpuse of bringing about changes in knowledge attitudes vacues or skills.[20]
Artinya : Pendidikan orang dewasa adalah dimana seseorang memiliki perasaan sosial yang besar, berkarakter berusaha secara sistematis sebagai status orang dewasa aktifitas yang menunjang pembelajaran bagi penambahan yang membawa perubahan terhadap nilai-nilai perilaku pengetahuan atau ketrampilan.
Sedangkan berdasarkan konferensi terbuka UNESCO pada tahun 2000 bahwa pendidikan orang dewasa itu lebih menekankan pada pendidikan orang dewasa dari segi methodologi dan maksud serta tujuanya. Bahwa keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan baik itu isi, tingkatan maupun metodenya, formal dan tidaknya, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan sekolah, pendidikan kursus dan universitas atau latihan kerja, yang membuat oerang dianggap dewasa oleh masyarakat atau mengembangkan kemampuanya, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualitas teknik dan keahlianya, meningkatkan kualifikasi teknik dan keahlianya yang menyebabkan adanya perubahan sikap dan perilaku dalam persepektif perkembangan pribadi yang utuh serta partisipasi yang seimbang dan dalam perkembangan sosial ekonomi dan budaya yang bebas.
Pendidikan orang dewasa merupakan komponen integral dari seluruh rencana dan merupakan penerapan pendidikan seumur hidup yang mempunyai harapan memberikan bantuan kepada mereka yang ingin mengembangkan pribadinya, meningkatkan prestasi sosial dan mengakibatkan adanya perubahan perilaku yang mengarah pada yang pola hidup yang lebih baik. Dari pernyataan tersebut jika dilaksanakan akan terwujud tujuan pendidikan agama Islam dan dapat pula mengubah watak seseorang dari yang tidak baik menjadi baik.
b. Tujuan Pendidikan Orang Dewasa.
Dari definisi yang diberikan oleh UNESCO diatas, dapat diambil suatu batasan tentang tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan orang dewasa. Dari batasan itu pula banyak para tokoh pendidikan memberi batasan tentang tujuan pendidikan orang dewasa yang tercantum dalam buku Adult Educations. In action 1936 :
John Erskine yang mengatakan : To return to creative endiarvor (kembali kepada usaha-usaha yang kreatif).
Glenn Fronc yang mengatakan : To better our social order (memperbaiki aturan-aturan sosial kita).[21]
Definisi diatas mengatakan bahwa tujuan pendidikan orang dewasa adalah mengembalikan aturan-aturan sosial yang dimiliki dengan usaha-usaha kreatif yang menunjang.
Pendidikan Agama Islam bagi Lanjut Usia Merupakan Suatu Bentuk Pendidikan Luar Sekolah.
Proses belajar telah terjadi semenjak manusia diciptakan. Pendidikan berlanjut dari generasi ke generasi dengan arah dan tujuan yang jelas. Proses belajar setiap individu dimulai dari semenjak lahir hingga meninggal. Biasanya, proses belajar akan dihubungkan dengan proses belajar dalam rangka pendidikan formal di sekolah yaitu mulai dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi. Ada yang beranggapan bahwa jika seseorang telah keluar dari sekolah berarti selesai proses belajarnya.
Dengan kemajuan zaman, canggihnya teknologi, maka belajar dalam segala hal harus terus berjalan agar tidak ketinggalan dengan negara-negara maju. Proses belajar dapat berlangsung setiap saat dan dimanapun berada baik di sekolah maupun luar sekolah.
Pendidikan luar sekolah terjadi pada setiap kesempatan terdapat komunikasi yang teratur dan terarah diluar sekolah dalam memperoleh informasi, pengetahuan, latihan, maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan untuk menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerja bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.[22]
Berdasarkan pengertian tersebut bahwa Pendidikan luar sekolah memiliki unsur-unsur yang terdapat dalam sistem pendidikan yaitu adanya anak didik, pendidik, materi, tujuan dan lain-lain.  Bila ditinjau dalam arti luas, pendidikan luar sekolah maupun pendidikan sekolah dapat dibagi menjadi sub sistem. Dari masing-masing sub sistem muncul kegiatan pendidikan formil, informil, dan non formil yang dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Berkaitan dengan pembinaan agama Islam yang dilakukan di Panti Wredha Budi Dharma ini, penulis beranggapan bahwa pembinaan ini merupakan salah satu bentuk dari pendidikan luar sekolah dan lebih spesifiknya adalah pendidikan non formal. Dengan sistem yang dipergunakan adalah  adult education.
Minat Lanjut Usia Terhadap Keagamaan.
Suatu analisis dari studi penelitian yang berhubungan dengan sikap terhadap kegiatan keagamaan pada usia tua membuktikan bahwa ada fakta-fakta tentang meningkatnya minat terhadap agama sejalan dengan bertambahnya usia. Orang berusia lanjut lebih ternarik pada kegiatan keagamaan karena pertimbangan kegiatan  tersebut merupakan titik perhatian baru. Diungkapkan oleh Covalt bahwa kegiatan keagamaan mempunyai kelompok rujukan yang memberi dorongan dan rasa aman kepada mereka, sedang orang yang tidak masuk dalam kelompok agama manapun tampaknya kurang mendapatkan dorongan sosial.
Di Panti Wredha Budi Dharma terdapat satu bentuk pelayanan kebutuhan psikologis bagi para penghuninya yaitu dengan diadakannya        pembinaan keagamaan. Dalam pembinaan agama Islam ini diperlukan suatu cara yang mampu menarik minat para klien dalam mengikuti kegiatan pembinaan agama Islam. Hal tersebut tidak terlepas dari perhatian bahwa orang lanjut usia banyak mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikologisnya yang otomatis diperlukan suatu metode yang tepat bagi proses pelaksanaan pembinaan.

G.  METODE PENELITIAN

Agar penelitian ini dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, diperlukan adanya metode. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
  1. Metode Penentuan Subyek
Metode  penentuan subyek dapat diartikan sebagai usaha penentu sumber data, bagaimana data dalam penelitian itu akan diperoleh.[23]
Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek adalah :
a. Ketua beserta staf Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan UH Yogyakarta sebanyak 17 orang.
b. Tenaga pembina sebanyak 2 orang.
c.  Para klien (lanjut usia) sebanyak 48 orang.

  1. Metode Pegumpulan Data
Dalam mengumpulkan data atau memperoleh data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu :
a.       Metode Observasi
Metode observasi adalah sumber pengamatan yang khusus dan pencatatan yang sistematis yang ditujukan pada satu atau beberapa fase masalah yang dihadapi dalam rangka penelitian, dengan maksud untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.[24]
Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum dan keadaan Panti Wredha Budi Dharma serta untuk mengamati tentang pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti tersebut.
b.      Metode Wawancara
Wawancara atau interviu adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.[25]
Sedangkan wawancara yang penulis lakukan adalah penulis menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada pihak yang terkait secara lisan dan mendalam kepada pengurus, pembina dan klien Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta untuk mengetahui pembinaan agama Islam.
c.       Metode Dokumentasi
Matode dokumentasi adalah sebuah metode untuk mencari data yang bersumber  dari tulisan-tulisan, seperti buku-buku, majalah, dokumen-dokumen dan lain-lain.
Adapun metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi tertulis, data tentang letak, sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan pembimbing, keadaan klien, data pengasuh dan lain-lain yang berhubungan dengan Panti Wredha Budi Dharma tersebut.
  1. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan kemudian disusun dan diklasifikasikan, selanjutnya diolah dan dianalisis.
Analisis berfikir yang digunakan dalam metode deskriptif  kualitatif adalah metode berfikir induktif, berarti bahwa pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian diadakan.[26]  Dalam proses analisa ini teori yang sudah ada ditunjukkan kemudian dicari  contoh atau kasus dari kenyataan yang ada di lapangan.

H.  SISTEMATIKA PENULISAN


Dalam penulisan skripsi ini terbagi menjadi 5 bab yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut:
Bab pertama, memuat tentang pendahuluan yang meliputi : penegasan istilah, latar belakang masalah, rumusan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, membahas kondisi dan gambaran umum tentang Panti Wredha Budi Dharma yang meliputi: letak geografis, sejarah berdiri dan perkembanganya, struktur organisasi, kondisi umum tentang ; pengurus, pembina agama Islam, para klien dan sarana prasarana.
Bab ketiga, membahas tentang pembinaan agama Islam terhadap manula di Panti Wredha Budi Dharma yang meliputi : dasar dan tujuan diadakan pembinaan agama Islam, subyek dan obyek pembinaan agama Islam, metode dan media pembinaan agama Islam, hasil yang dicapai serta faktor penghambat dan pendukung pembinaan agama Islam di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta.
Bab keempat, memberikan analisis mengenai  pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wredha Budi Dharma.
Bab kelima, merupakan akhir dari penelitian skripsi yang berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.



Selengkapnya Silahkan >>> DOWNLOAD

Tags: PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA
Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net